23 LILIN UNTUK LULUK ANDRAYANI: MEMBACA DIRI
Pada
hari Kamis, 23 Februari 2012, adalah moment terpeting dalam
kehidupanku. 23 tahun lalu aku dilahirkan ke bumi oleh ibuku, bertepatan
pada hari yang sama pula. Sahabat-sahabatku dari sebuah komunitas
sastra facebook, Bengkel Puisi Swadaya Mandiri milik penyair yang
bernama Dimas Arika Mihardja, menghadiahkan puisi-puisi dedikasi yang
terindah dan tak ken terlupakan olehku seumur hidup ini.
Lewat
catatan ini saya berterima kasih kepada mereka semua (baca:
sahabat-sahabatku) karena telah memberikan doa, harapan, kekuatan dan
juga memberikan arti bagi kehidupanku. Hanya Allah Yang Maha Kuasa yang
dapat memberikan balasan untuk kebaikan kalian semua. Saya hanya bisa
berdoa semoga kebersamaan ini terjalin sampai nanti, meski hanya kontak
pikiran yang terjadi, tapi bukankah pikiran adalah sebagian dari dasar
jiwa kita. Ikatan batin lebih kuat dari pada ikatan raga yang terjalin
di dunia nyata.
Selamat menikmati sajian ini dan sekali lagi terima kasih. Salam sayang selalu.
Catatan Dimas Arika Mihardja
Sebuah
dokumen dengan judul LILIN UNTUK LULUK ANDRAYANI: MEMBACA DIRI
merupakan upaya pengurus BPSM berkeadilan dan menggalang kebersamaan
antarwarga yang merayakan milad. Heran tetapi juga takjub, Februari ini
secara berturut-turut melahirkan wanita-wanita yang dikaruniai kehalusan
rasa. Sebut saja Rini Intama, ulang tahunnya 21 Februari nyaris beku
dan berlalu, beruntung Ratu Ayu mengingatkan kita dengan puisi yang
dipostingnya. Lalu memasuki 22 Februari, giliran puisi persembahan untuk
Astry Anjani memenuhi dinding BPSM, dan 23 Februari ini Luluk Andrayani
pun merayakan miladnya.
Demi keadilan dan kebersamaan
yang indah di antara kita, kepada warga BPSM dipersilakan memajang puisi
di dinding dan sekaligus menggabungkan puisi itu ke dokumen yang telah
saya buat: khusus untuk Luluk Andrayani.
Demikianlah, semoga
kawan-kawan BPSM memanfaatkan kesempatan ini untuk berkreasi secara
bebas sembari "membaca diri" alias introspeksi. Kelak, jika ada rejeki,
puisi dedikasi seperti ini akan dikumpulkan dan diterbitkan dalam SEBUAH
BUKU khusus memuat puisi dedikasi sepanjang tahun 2012. Apakah
kawan-kawan tertarik mewujudkan nilai silaturahmi melalui penerbitan
buku puisi dedikasi bagi sahabat yang berulang tahun?
SEBELUM 23 Februari, sebelum menyalakan lilin ulang tahun, Luluk Andrayani menulis status seperti ini:
Seandainya
engkau berubah menuju hal yang lebih baik, aku telah tahu meski tak
kamu riyakan kepada semua orang. Karena hatimu telah di hatiku.
Ketahuilah aku tidak suka kepada orang yang riya, karena sesungguhnya kebaikan itu ada di hati, bukan di wajah.
Ajining raga gumantung saka busana
Ajining diri gumantung saka lathi
Pesanku,
jika memang engkau telah berubah menjadi lebih baik. Sembunyikan saja
dalam hatimu, biar hanya Tuhanmu saja yang tahu. Karena aku tak mau tahu
Jelang 23 Februari 2012 pula, Luluk Andrayani memajang sebuah puisi berjudul “Malam Penghabisan” seperti ini:
Malam Penghabisan
kutatap kumpulan doa-doa yang berjejalan di atas lipatan sajadah waktu
berlari mengejar bayang yang terpadam oleh segerombol gagak yang membubung
hiasi langit jingga dan kulihat bercak-bercak merah menganga di mata dunia
inikah penghabisan tuan?
padahal rinduku akan sejuk embun di esok hari masih gebu
berkas impian yang pernah terkubur dulu
kini berjajar rapi menanti gemulai tanganku menyentuhnya
membacanya satu satu lalu mengajakku menjelajahi ruang
luas tanpa pernah kutahu apa namanya
ruang ruang berteriak serak saat langkah kakiku terbentur pembatas
aku terjungkal patah sudah tanganku
perih bertandang mengurung sendi beku
aku terpaku termanggu tanpa tahu kemana akan melangkah
luas namun berselimut kelam damar di tepian telah padam
inikah penghabisan tuan?
padahal pintu hanya lima langkah di hadapan
namun aku telah buta oleh sepercik kebodohan
terlalu patuh pada perintah bunda
Ma On Shan, 22022012
Lalu
Luluk Andrayani menjelang detik-detik memasuki 23 Februari, menjelang
memasuki miladnya, mengirimkaan gambar setangkai mawar putih dan meminta
beberapa kata untuk dijadikan ingatan, acuan, dan cermin menjelang hari
jadinya 23 Februari 2012, dan beberapa puisi itu lalu diposting oleh
Luluk Andrayani sebagai ucapan aterima kasihnya seperti ini :
Terima
kasih untuk Abahku Dimas Arika Mihardja, Kangmasku Kanjeng Senopati dan
Sahabatku Saprilah. Pesan-pesan ini akan saya jadikan sebagai pedoman
dalam hidupku.
1. Dimas Arika Mihardja (Jambi):
AYAT 477 SETANGKAI MAWAR PUTIH
: Luluk Andrayani
di dinding bengkel tertulis grafiti:
ber-217-an, maka di ujung sana adalah tujuan
arah darah merah meraih hati merah
ayunan langkah adalah ritus ibadah
di atas tanah amanah, menulis puisi di atas kertas
lalu dibentuk menjadi perahu yang lalu dihanyutkan
di deras samudera
kelak, perahu itu kembali merapat di pelabuhan
dan senja akan begitu temaram sebab tak lagi berpelangi
melainkan hanya senyum kelopak mawar putih
yang mekar beraroma
bpsm, 2012
2. Dimas Arika Mihardja (Jambi) NI LUH ANDRAYANI
duduk simpuh di atas simpulan talitemali
anyam-mengayam gumpalan hati: ni luh andrayani
menyusun jari nan sepuluh, manembah gusti
lalu telaga bening itu tercipta di rekah kelopak bunga
di tangkup dan tingkap dada riak rasa
ngalir di luas bentang sajadah: ya, gusti
kanjeng senopati gegantilaning ati
manembang kidung tengah wengi
nduk, putriku
pandanglah padi di sawah
tak lelah runduk di tanah basah
semakin runduk mencium amanah
: duh gusti, terimalah derai airmata ini
bpsm, 2012
3. Kanjeng Senopati (Yogyakarta):
MENANGISLAH
: Luluk Andrayani
menangislah, andai gumpalan awan mendung gelayut di langit hati tak mampu kau bendung
semoga saja derai airmata menggenang adalah tuba-tuba meracuni jiwa, hingga hatimu kembali cahaya, murung tak lagi menyapa
menangislah, bilamana beban terasa berat dipunggung memikul, menggerogoti hati meninggalkan pedih perih serasa terpukul
biarlah, airmata yang mengucur deras dari pelupuk mata menjelma matair yang membasahi gersang jiwa,
mekarkan kembali kuncup harapan yang lama tertunda
menangislah, biarlah airmatamu mewakili katakata yang tak mampu terungkap dalam pengaduan
biarlah setiap tetesannya melicinkan jalanmu saat mengetuk pintu syurga
menangislah!
dibalik airmata kedukaanmu adalah mataair cinta, andai kau baca isyarahnya
(KS,022012)
4. Saprillah Syahrir Al-Bayqunie (Makassar):
Mawar Putih Untuk Lukamu
: Luluk Andrayani
ini setangkai mawar putih
semalam kucuri dari surga
ketika malaikat ridwan tersilap sejenak
ini, kuserahkan dengan hati
kecuplah sepuasmu
biar lukamu cepat pergi
Makassar, 10 Pebruari 2012
(Thanks untuk puisi nakalnya)
5. Muhammad 'aldy' Rinaldy (Palembang)
JILBAB BIRU
jatuh di tikar lusuh
patah bersimpul kata
basah merangkum dosa
dan doa meringkas syahadat
tuk hadirnya syafaat, llahi Robbi
dengung cumbu berhalwat sholawat
sebuah kaidah mensucikan sebuah perjalanan
penerang makna kehidupan
cermin luhur, titian temaram hati
demi terang syahdu-senyap
istiqomah jalan diri, bentengi alam sunyi
masih di tepian bentang itu,
tahmid bertaut tasbih
lalu terbang mengoyak awangan
yang termakan indah hamparan, luas kajian
fajar baru, jiwa-jiwa.
palembang,
13-02-2012
6. Kanjeng Senopati (Yogyakarta):
TAMAN MADU
: Luluk Andrayani
sudah berapa putaran bumi taman madu itu kau semai
ternyata ladang itu ditanam sejak duapuluhtiga tahun lalu saat lepas dari rahim malam
jangan biarkan mahkota bunga bersabuk kabut pekat
terendapi debu-debu mencumbu agar tak mengusam warna dan rasa tetap mendegup dada
biarlah sarinya menjadi jamuan para dewa saat di altar berpuja
saat rindu berpesta wangi melati
meski tanpa nyala dupa-dupa karena aroma cinta mengharumi hati
(KS,022012)
7. Mahbub Junaedi (Brebes):
LULUK ANDRAYANI
ada kamu yang selalu
membias kata di beranda
membisik dari balik tingkap bengurai angin menghitung embun
demi sebuah kisah
benderangkan mata
penuhi lorong gelap lalu kau menyelinap
sampai di persimpangan ada makna
menyusup di batas telaga
ada masa yang jeda? telusuri waktumu yang tersisa
23/02/12
8. Deddy Firtana Iman (Banda Aceh)
Lilin
Kepada Luluk Andrayani
Bersalaman senyum pada takdir
setelah angin mengusik tanggal ganjil
pun ikut meniup keresahan umur
yang semakin tua bersanding jejak sajak
"Ada aku," di sela keheningan
dan kujawab "detik-detik yang patah"
Ruang bisu, melafalkan perjalanan
tentang korek api, kue tar dan secangkir kopi
yang tak jauh di irisan lidah
sengaja menyusut sakitnya sepi
Obrolan cahaya surga
menutup pertemuan; lilin menyusut padam
23/02/12
9. Feriyanto Arief
DETAK ITU
: Luluk Andrayani
detak waktu itu
menetes bersama leleh lilin terbakar
sebentar habis terang cahaya atau
sekedar jelaga kau punya ?
fa, 23022012
10. Windu Mandela ( Sumedang)
ISYARAT HUJAN
Luluk Andrayani
ada isyarat dari hujan yang jatuh
di batu jalanan ia terbaring
kaku melawan gigil
mencoba hampiri kau yang sedang memotong
kua tar dikirim eros
Sumedang,
Februari 2012
11. Wahyu Toveng (Jakarta Utara)
Angka tiga wanita
Untuk : Rini Intama, Astry Anjani, Luluk Andrayani
Jiwajiwa jelita
kemilau ratna
di kebun katakata
beranda makna
maya pada
21 + 22 + 23 = 3
tiga tanggal istimewa untuk tiga wanita
bagai deret angka fibonacci
berjodoh dalam gairah yang sama
mengungkap hidup dalam makna kata
salam dariku hai tiga wanita
selamat hari istimewa
semoga sang Maha melimpah berkah karunia
senantiasa
23022012, Utara Jakarta
12. Mawar Berduri (Hong Kong)
Waktu Itu
: Luluk Andayani
Waktu
bertanya pada usia, berapa banyak jarimu, jam membisikan"jangan tergesa
beri jawabmu". Lalu bisikku padamu, pelan hitunglah dan ulang jika
ragu, ingatlah bahwa di setiap angka ada makna, maka gunakan hati dan
rasa, maka di situ ada batas pemberhentian yang entah kapan, namun Insya
Allah disitu ada sekulum senyum dan airmata bahagia di celah retas
embun doa.
Dan pada waktu jangan pernah salah dan menyalahkan,
semoga hari ini awal dari segala yang baru, med milad shobatku, dari
setetes embun pada kelopak mawar putih ada sebait doa untukmu.
Causeway bay, 23/02/12
13. Moh Syahrier Daeng (Riau)
MENGHITUNG PURNAMA
: Luluk Andrayani
Entah sudah berapa purnama yang engkau lewati
tidak kutahu angka pasti yang diukir matahari
Aku percaya, engkau masih semusim dengan Rois Rinaldi
tiada hari tanpa hamparan benih puisi-puisi
Pada pendakian waktu yang semakin menanjak
menghitung kenangan dan bekas jejak-jejak
Esok masih ada harap menunggu ditapak
sebelum matahari berhenti di titik puncak
Aku tidak bijak merenda kata-kata
kalau boleh hanya sekedar segantung doa
Bintan, 23-2-2012
14. Yusti Aprilina
Ketika Bunga Mekar
: Luluk Andrayani
Mawar putih itu telah mekar
wanginya semerbak,
mengundang kumbang dan kupu
untuk singgah dan bermain
lalu mawar putih dengan durimu
sigap pertahankan diri
Hanya ada satu yang boleh
kau pertahankan:
kelak dialah yang akan
menyerbuki putik harummu
Mawar putih mekarlah selalu
dalam degup jantung kekasihmu
23/02/2012
15. Moh. Ghufron Cholid (Malaysia)
SAAT MATA WAKTU MENGERLING CUMBU
: Luluk Andrayani
Di hari yang baru
Kau telah kupu
Detak waktu buru
Segala kenang cumbu
Airmata tak mesti lukis resah
Melainkan buah sumringah
Ada yang terbakar
Benci yang mengakar
Di hari yang baru
Kau telah kupu
Peta rindu tanah asuhmu
Tak terhapus waktu
Tinggal baktimu
Kau susun tugu
Segala mata
Cari kabar berita
Saat mata waktu mengerling cumbu
Kau pun tersipu di hari ulang tahunmu
Damansara Malaysia, 23 Februari 2012
16. Kemala Yasushi K
Kupukupu Kaku
: Luluk Andrayani
menyesak di dada ini bergumpal resah
tentang asa yang ingin membelah awan
merawat sebuah istana di sela gugus bintang
menyiapkan kelengkapan pesta akhir zaman
ketakpastian mendera kuat dalam ragu yang sangat
tentang kekuatan kepak sayap menantang angin
mewujudkan citacita yang telah diukir semenjak dini
ya, istana itu menanti elusan tangan suci
sedangkan aku kaku di beku waktu
aku tak mampu, sayang
hasrat semula tak lagi nyalang
rona istana memucat dalam angan
akulah si kupukupu kaku
harapan tinggal tersemat di geloramu
bentang sayap muda itu menjanjikan senyum penghuni istana
tempat kautuju bahagia bersama bidadari abadi
apabila telah sampai terbangmu
panggil aku, si kupukupu kaku, dalam doa
bpsm, 23.02.2012
17. Muhammad Rain
TIADA LAGI LUKA MAWAR PUTIH
Oleh: Muhammad Rain
teruntuk Luluk Andrayani (belum kenal tapiku sok kenal ;-)
aduh terkelupas ruas jemari
menganga darah meski tetes si kelopak putih
maafkan perlakuanku
tak pandai kita menyebut setangkai mawar tanpa duri
selamat ulang tahun duhai
meski tak pernah kita saling kenal
sembab air matamu hapus saja
garis tangan kehidupan siapa bisa menebak
pertemuan atau selamat jalan?
hari-hari baru terus mengakar
engkau si mawar putih
puteri bersih dari kesungguhan hati mencari keindahan
di alam dirimu sendiri
di sana letak keutamaan serbuk sari menanti keberkahan amalan
setelah berpelukan dengan embun pagi ini
tiuplah sinar pagi di mata kabut
segala kesedihan pun mengering sudah
tumbuhlah terus duhai
kehidupan sungguh alangkah tiada taranya meski sakit mengenal perjuangan
di sela-sela batu tanah akar menujam
engkau yang tumbuh dewasa dapat kau jadi bunga di atas batu?
tumbuhlah dan mekarkan harummu suci berkatmu
ikhlas berbagi kebahagiaan putihnya hati.
Aceh-Indonesia, 23 Februari 2012
18. Ratu Ayu (Cirebon)
MAWAR PUTIH
Buat : Luluk Andrayani
saat kutemukan kau
pada waktu kuncup
ketika pagi masih berembun
kelopakmu merekah
mencoba memuntahkan tanya
tentang kegelisahan
akan makna kata
kau mencoba berlari
mencari jatidiri
mengawang-awang keinginan
meratap di liang sunyi
dimana telah melelehkan umur
pada syair yang terus mewangi
semua telah kau lewati
hasil survey resah
mengukir pada perjalanan
setiap tapak yang terlalui
menjadi sejarah
selembar bukti disertasi terisi
Luluk Andrayani
mawar putihku
kini usiamu beranjak dewasa
sedewasa syair syairmu
teruslah tebarkan aroma indahmu
pada kelopak rekahmu
dan aku akan selalu memintal
makna sunyi untukmu
Caraka Pojokan Hati
230212
19. Dedet Setiadi
SEKELEBAT LULUK
Aku tak tahu, apa kau mau tahu, aku tak mau tahu!
Aku melihatmu melangkah menenteng waktu
Mengemas doa
Dengan terompah sajadahmu
Butir-butir cemas pun kauhabisi tanpa air mata
Dan kau selalu memandang cahaya
dari seberang benua
Aku yang tinggal di pusar jagat Jawa
Ijinkan melempar mantra
Abrakadabra, taburilah Luluk dengan cahaya cinta
Feb, 2012
20. Begawan Penabur Kasih (Palembang)
sugeng milad jenk Luluk adrayani, sebaris syair semoga mewarnai hari miladmu,...
JANGAN BERDUKA
Lukisan hidup selalu begitu
Ada merah, kuning, ungu dan kelabu
Hitam bukanlah pilihan
Hitam adalah warna dasar
Dasar dari kehidupan manusia
Putih adalah kanvas pada dinding jiwa
Begitulah jiwamu saat lahir di muka bumi
Kanvas itu telah penuh warna
Warna yang engkau pulaskan sendiri
Dari saat pertama kali engkau menyadarinya
Begitu luasnya kanvas milikmu
Dan itu adalah jatahmu
Jatah yang dibekalkan padamu sejak dirahim bunda
Sebagaimana juga aku dengan kanvasku sendiri
Walau setahun usia telah hilang
Dengan segala impian dan cita
Dan sebagian kanvasmu usai kau pulas
Dengan warna yang takkan hilang ditelan masa
Warna yang takkan mampu kau hapus
Tak peduli suka atau tidak, itulah warnamu
Warna yang kau pilih sendiri dari antara selaksa warna di bumi
Lukisanmu belum usai
Masih banyak warna yang bisa kau pilih
Dan banyak bentuk bisa kau gambar disana
Apabila kebimbangan menimpa rasa
Carilah cermin kehidupan
Pandanglah kedalamnya Di sana ada makna hidupmu
Abadikanlah diatas kanvasmu, karena itulah dirimu
— at kanvas hidup dari Paembang.
21. Önald Änold
Sajak Milad: Luluk Andrayani
kuingin mengirimmu bunga
ribuan kumbang mendahuluiku
kuganti dengan doa, banyak sudah terangkai
kuingin buat puisi,
sudah penuh peluh kata
tersisa hanya cintaku
yang jernih, tak berpesona
tak berwarna
terimalah,
penghantar mimpimu
penjaga cintamu.
Selamat ulang Tahun, Sobat.
22. Puja Sutrisna
Ini Februari 23, Luk!
: Luluk Andayani
ini feruari 23, luk? tepat saat
pelangi nyaris sesat. membaca hujan pagi
ringkuk menunduk, pada tanggal 23
: anak perempuan nangis histeris
memecah musim.
rengkuh hari dengan lakon Drupadi, luk
menanam sumpah meminum darah, Duryudono
ksatria pongah telanjangi haru, hari Respati
perempuan penakhluk bumi
: bintang hilang kerlipnya
malam musnah hitamnya
ini februari 23, luk!
musim dewa-dewa menitip puisi pada tangis
perempuan, pengusung mendung juga senandung
romantis-melankolis gerimis, di ranah biru
menyatu dalam musim penghujan
sepertiga, akhir februari
: ini hari menuk mbebayani
menutup kutub februari bersama senja
Anjani dan juga Rini!
(pada langit, Drupadi mengulum senyum
terbata-bata mengisahkan-Nya)
Puja Sutrisna, 23 Februari 2012
kepada tiga perempuanku: astry, rini, menuk!
23. Nabila Dewi Gayatri (Surabaya)
KAU BANGKITKAN
: terhatur adikku Luluk Andrayani
di hari miladnya
kehadiranmu laksana anggur yang segar
menjadikan hidup senantiasa terjaga
keseimbangan antara raja' dan khauf
bagai malam yang selalu purnama
bagai siang yang selalu matahari
adikku,
kau bangkitkan nyala api jiwa
menjadikan kehidupan indah memancar
di tengah peradaban terkoyak
pajangan berhala mabuk dunia
melukis wajah tanpa rupa dan warna
di gerak ruh,
kau peragakan cumbuan harum titah
berpeluk mesra di kedalaman cinta-Nya
selamat, rebah di pangkuan Sang Tujuan
·~ Salam Cinta Pencinta Cinta Bercinta ~
on Thursday, February 23, 2012 at 3:22pm
24. Muhammad 'aldy' Rinaldy (Palembang)
DONGENG CINTA KLASIK
:Luluk Andrayani
"Alkisah"
Bani Umar di Jazirah Arab
miIiki segala macam yang diinginkan orang, Anak
belum
~ikhtiar
Qais! inisian 'Majnun' perkasa
di antara kelas dan teman. permata
Laila!
restu koyak terpecah belah hancur
berdenting lipat angan di kepalan
isak- keruh berderu-deru
tersunting
istana rupa aduhai tetaplah
menjadi, 'Ibn Salam' gagal melayukan. Laila
ringkuk membatin
gerimis menjerit, gagak makin lena berburu
sungai tetap jernih!
di malam musim dingin tanpa sapa tanya
dengan tatap tetap menatap pintu harap meruah
pun Pulang dengan tenang sambil bergumam, Majnun…Majnun. Majnun
'titip salam dan pesan'
(“Dalam
hidupku, aku tidak bisa melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku
demikian lama, tanpa mampu menceritakannya kepada siapapun. Engkau
memaklumkan cintamu ke seluruh dunia, sementara aku membakarnya di dalam
hatiku, dan engkau membakar segala sesuatu yang ada di sekelilingmu”.
Kini, aku harus menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal segenap
jiwaku menjadi milik orang lain. Katakan kepadaku, kasih, mana di antara
kita yang lebih dimabuk cinta, engkau ataukah aku?")
Palembang,
23/02/2012
25. Hanna Yohana(Hong Kong)
Miladmu Luluk Andrayani
Tak pelak!
Wajahmu terkunyah usia
Cantikmu mendekap tua
Bersyukurlah!
Sebelum matimu ada
Selamat ulang tahun!
23/02/12
26. Arsyad Indradi (Banjarbaru)
Kisah Kasih Kado Mimpi
: Rini Intama-Astry Anjani-Luluk Andrayani
Beranjak tidur kalian rajin menanam aneka bunga di ranjang
Di dalam mimpi tumbuh subur dan bermekaran mewangi
Tidak biasanya aku melupakan setiap lembar kalender berganti sebelum tidur
Mimpiku sungguh tak nyaman
Entah apa begitu membuka jendela mimpi
Harum siapakah gerangan
Di angin mendesir
Di taman kalian meronce dendang bunga
Bulan dan bintang itu bagai kumbang dan kupukupu bergayut di tangkaitangkainya
Kalian riang bekejaran di hatiku o februari
Mimpimimpi kita tanpa sangsi demikian dendang itu
Di lapislapis cakrawala
Milad cinta
kssb, 2012
27. Arya Dwipangga
Renungan
Untuk Luluk Andrayani
Hidup hanya menunggu mati
Andrayani
Jika kamis hari 23 bulan kedua 23 tahun lalu
Kau begitu ayu
dan orang-orang tertawa menyambutmu
maka tersenyumlah untuk matimu sendiri
dan biarkanlah mereka menangis
mengais sisa-sisamu
230212
28. Astry Anjani
♥
SEPUTIK DO’A
: Luluk Andrayani
Sayup kudengar lantunan tembang
Dari para gembala katakata
Ini hari ada seputik kembang
Mekar di antara rimbun kenari
Namun ada kelopak luruh rupanya
Jatuh meratap tak hendak mewarta
Di antara seribu kebahagiaan
Ada setetes nila di antaranya
Lalu degub debur menjaring do’a
Bersijingkat membasuh malam
Ada harap mekar di kelopak mawar
Sebelum hujan februari menghapus jejak
Hongkong, 23/02/12
29. Dewi Kelana
Bintang Tuk Luluk Andrayani
satu satu kupetik bintang
kurangkai pada cawan kristal
bingkisan kasih, untukmu
pasang di retina, adikku
pada dada kirimu
di kening
dan dahi
gemerlap
di nyata dan mimpimu
dalam CahayaNya
probolinggo, 23/02/2012
30. Muhammad Rois Rinaldi (Cilegon)
SELALU ADA YANG KAU PUNYA
Kepada Luluk Andrayani
dekaplah gambaran diri, meski kusam, di seberang tanah lapang nan gersang
selalu
ada seruang keteduhan jika kau hendak menepi, menghirup udara juga
wewangian kembang lili yang kerap kau rangkai dalam angan, bukankah
senantiasa bermekaran di hatimu?
sudah berapa lama kau tak
mendengar dongeng tentang tangga menuju surga, setelah terbang ke
negeri yang asing segalanya? di gumpalan awan jejak sayapmu mengabarkan
tentang pertikaian, tentang keharuan, tentang kebaruan dan kau masih
terus terbang, menyibak celah dunia, di mana tempat terakhir kau akan
hinggap?
jangan menangis lagi sayang, di sudut ladang ada
yang harus kau tanami, benih-benih cinta akan tumbuh dan berbuah, kini
tahun telah berganti, langit-langit yang menjulang itu masih menanti,
kau terbang dan menang.
CILEGON-BANTEN
23-02-2012
Catatan:
Adalah sebuah kerinduan saat membaca puisipuisi yang didedikasikan kepada saya saat menikmati berkurangnya jatah umur. Disana doadoa terus meluncur, seperti sebuah peluru yang ditembakan menuju sasaran. Dalam umur yang keduapuluh tiga sebenarnya ada sesuatu yang begitu sangat ingin saya laksanakan yaitu mengakhiri masa lajang, namun apa daya Tuhan belum memberikan waktunya kepada saya. Puisi ini adalah hadiah yang terindah sampai kapanpun dan dimanapun saya menginjakan kaki.
Terima kasih sebanyakbanyaknya terhadap anggota Grup Bengkel Puisi Swadaya Mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar