BATU KESETIAAN
Oleh:
Luluk Andrayani
Dita, begitulah dia dipanggil. Kegemarannya
adalah menghirup angin hutan. Hal ini sudah melekat dan tidak bisa dihilangkan sedari di tanah air,
bahkan telah menumbuhkan semacam candu. Makanya saat berada di Negeri Beton
yang jarang ditemukan hutan alami, candu itu semakin menggila dan memberontak.
Dan bila candu itu sudah memuncak, dia akan kebingungan mencari teman untuk
diajak ke hutan buatan atau naik gunung.
Seperti halnya minggu ini, Dita menghubungi
temantemannya untuk diajak refreshing bersama. Sesuai dengan perjanjian teman
Dita, Nila, Rika dan Cahya, akan menemaninya pergi ke Lion Rock Country Park.
SMS terus terkirim dari handphone Dita
untuk mengingatkan temantemannya agar tidak terlambat. Sebab selain jalan-jalan
mengobati kecaduannya, Dita juga ingin barbeque alias bakaran sebagai menu sarapan mereka.
Oleh sebab itu harus cepat datang dan memilih tungku agar bertempat di papan
yang strategis.
Meskipun cuaca Hong Kong dingin, kira-kira
pukul 09.00 pagi, Dita telah sampai di halte bus Lion Rock Tunnel, dan seperti
biasa, dialah yang datang paling awal. Sementara menunggu teman-temannya dia
melihat-lihat keadaan sekitar.Sekitar seperempat jam menunggu akhirnya datang
juga semua temannya.
“Tumben hari ini kalian datang tepat
waktu,” suara cempreng setengah mencibir dari Dita membuka percakapan.
“Yey, kapan sih kita tidak tepat
waktu?Kalau telat nanti kamu ngedumel
terus dan itu bibirmu bisa dikucir, Dit!” balas Nila cepat disusul tawa yang
meledak.
“Ah!” Dita mengelak. Kemudian mereka semua
terdiam dan melangkah menuju taman dengan hatihati, takut terpeleset. Sebab
tamannya di lereng Gunung Singa (Si Ci San) maka jalan setapak berupa tangga.
***
Dingin,
bisik Dita dalam hati.Dalam kehidupan ini memang ada beraneka macam lakon
yang tergelar, entah tentang suka atau duka.Semua telah tercatat rapi di buku
kehidupan yang misteri.Begitu juga tentang dingin dan perjalanan ini.Sembari
menapaki tangga pikiran Dita melayanglayang tak tentu.
Ya beginilah kehidupan, lagilagi tentang
hidup, saya tak bisa berpaling dari kesunyian.Saya ingin membunuh sunyi yang
bersarang begitu saja di hati ini tetapi tak berdaya, berkalikali kalimat itu menghantui Dita jika hatinya dilanda
kegundahan.
Cuaca berkabut ditambah angin bertiup
kencang membuatnya harus berkalikali menggosokgosok telapak tangan.Selain itu
juga harus hatihati sebab monyet liar berkeliaran yang kadang mengganggu para
pengunjung.Di samping jauh tangga yang dilalui, kelihatan ada pemandangan yang
unik dan asyik, meski tertutup kabut tipis Dita yakin itu adalah bukit yang
menghadap laut.Dan dia pun ingat disanalah tempat Amah Rock berada.Tanpa
perintah langkah pun dipercepat.Di saat langkahnya melampaui kecepatan biasa,
dia tersandung batu dan terjatuh.Sesaat dia terlena, suasana menjadi hening.Dia
toleh kanan kiri, tetapi tidak ada orang yang menolongnya, padahal
temantemannya tadi berjalan di belakangnya.
“Ah, kenapa kakiku ini, terkilir kah?” batin Dita. Lalu dia mencoba berdiri, tetapi kakinya seperti tidak
punya tenaga untuk menopang tubuhnya.Lalu dia mencoba teriak untuk minta
tolong, tetapi hanya suaranya saja yang didengarnya.Tidak ada
siapapun.Dikarenakan dia tidak bisa berjalan akhirnya dia ngesot untuk menepi dari jalan.Seingatnya, tempat ini adalah lokasi
Amah Rock atau dalam bahasa China adalah Mong Fu Shek.
Secara bahasa Mong Fu Shek (望夫石) dapat diartikan sebagai batu yang memandang kepulangan suami (mong 望~memandang, melihat; fu 夫~suami;
shek 石~batu).Batu ini terbentuk alami terletak
di puncak bukit di barat daya Sha Tin, Hong Kong, persisnya berada di dalam Lion
Rock Country Park. Tinggi batu itu adalah sekitar 15 meter, dan terlihat seperti wanita yang membawa bayi di
punggungnya. Jika sedang melewati Lion
Rock Tunnel, maka batu itu berdiri tepat di atas pintu masuk dan menghadap ke Laut Sha Tin.
Menurut legenda setempat, wanita itu adalah
istri setia dari seorang nelayan yang setiap hari membawa anaknya naik ke bukit
untuk melihat kepulangan suaminya dari
melaut. Tetapi suaminya itu telah
tenggelam di laut dan tidak diketahui oleh wanita itu. Atas kesetiaannya, dia
diubah menjadi batu oleh Dewi Laut agar jiwanya bersatu dengan jiwa suaminya.
Legenda ini sangat terkenal di Hong Kong bahkan China.
Tetapi kali ini Dita merasakan kelainan
tempat itu, dia tidak menemukan batu yang dimaksud padahal dia yakin itu adalah
tempat Amah Rock berdiri.Sebab perjalanannya tadi ingin melihat batu itu dari
dekat.Lalu dia mengambil peta, sambil meringis kesakitan sebab kakinya terkilir
dia mengamati peta itu.Tidak salah.Tetapi
kemana batu itu pergi, pikir Dita,seharusnya
berada tepat di sini.
Cuaca semakin dingin membuat Dita
menggigil, dia berusaha menghubungi temantemannya sebab dalam pikirannya mungkin
temantemannya tadi sengaja bersembunyi untuk menggodanya.Dia mengeluarkan HP,
tetapi sialnya tidak ada sedikitpun jaringan.
“Ah, kenapa ini, signal pun tidak ada? “
gerutu Dita.
Perasaan Dita semakin tidak menentu, sebab
sejak dari tadi tidak ada seorang pun yang bisa dia mintai tolong.Bukan tidak
mau menolong, tetapi memang tidak ada orang yang lalu lalang seperti
tadi.Bahkan suara gaduh kera dan belalang pun tidak ada.
“Dimanakah saya ini? Bukankah ini masih di
Lion Rock? Tetapi keman para pengunjung yang tadi lalu lalang?”
Dita semakin cemas sebab kakinya kini
bengkak dan membiru.Kini dia berteriakteriak minta tolong.
***
Seorang wanita berjalan tergesagesa menuju
ke bukit.Dia menggendong seorang bocah, seperti tak sabar ingin sampai, dia pun
berlarilari. Ketika hampir sampai bukit, dia melihat seseorang duduk disana. Wanita itu sangat berhatihati dan
memandang curiga.Namun begitu dekat dia langsung menghaturkan sembah sujud pada
seseorang itu.
“Oh, Dewi!Engaukah itu?” sapa wanita itu
penuh kegirangan.“Ampunilah hamba.Kabar apakah yang Dewi bawa pada hamba hari
ini? Bagaimanakah suami hamba yang malang itu Dewi? Kapan dia dapat kembali
kepada hamba dan anak hamba Dewi?Hamba merindukannya, Dewi.”
Wanita yang disebut Dewi itu terkejut,
“Maaf, Siu Cie. Saya bukanlah seorang Dewi.Saya saya pengunjung yang
datang kemari untuk rekreasi.”
“Dewi, jangan terlalu lama menghukum kami
Dewi!Ampuni kami, kembalikan suami hamba Dewi!”
“Nama saya Dita bukan Dewi, Siu Cie!
Saya tidak tahu apa yang Siu Cie maksudkan, siapa suami dan siapa Siu
Cie , saya tidak kenal! Maaf Siu Cie.” Dita mencoba
menjelaskan.“Saya datang kesini untuk beristirahat, sebab kaki saya terkilir
waktu berjalan tadi.”
“Ah, Dewi, maafkan hamba yang tidak tahu,
kaki Dewi mana yang terkilir biar hamba bantu Dewi.”
“Maaf Siu Cie, nama saya Dita bukan
Dewi!”
“Hamba percaya, engkau adalah Dewi Laut
yang menghukum suami hamba, dan Dewi berjanji untuk mengembalikannya hari ini.”
Dita semakin kebingungan menghadapi hal
ini, pikirannya tidak tentu ketika wanita itu tersenyum kepadanya namun senyum
itu getir.Ketakutanya bertambah ketika tangan dingin wanita itu menyentuh
kulitnya untuk memijit kakinya yang terkilir.
“Sebenarnya apa yang terjadi Siu Cie? Saya betulbetul tidak tahu! Dan
mengapa Siu Cie memanggil saya “Dewi” padahal saya bukan Dewi,” bantah Dita
tegas.
Kemudian wanita muda itu menceritakan
cerita yang sungguh membuat Dita seakan berhenti bernafas.Keringat dingin mulai
membasahi tubuhnya.
“Dewi, mana suami hamba?” renggek wanita
itu lagi, “Lihatlah anak ini Dewi, haruskah anak ini tumbuh tanpa melihat
ayahnya?Apakah Dewi tidak merasa kasihan pada kami?”
Dita bertambah bingung dan ketakutan,
kakinya semakin sakit pijitan wanita itu kuat sekali bahkan saking kuatnya
kakinya seperti mau patah.Dita menjerit dan meronta namun wanita itu justru
memperkuat pijatannya.Bukan kasihan yang ada di wajah wanita itu, hanya senyum
getir dengan mata penuh permohonan.
“Kembalikan suami hamba, Dewi!Apa salah
hamba sehingga hamba Dewi hukum seperti ini?” suaranya berubah menjadi keras
dan tegas.“Kembalikan suami hamba!”
Dita meronta minta dilepaskan kakinya
tetapi wanita itu tetap memijit dan semakin lama tanganitu
membatu dan tidak bisa dilepaskan dari kaki Dita.Dita berteriak ketakutan
sambil merontaronta.
“Lepaskan kaki saya, saya bukan Dewi!”
teriak Dita mengangetkan seluruh teman yang mengerubunginya. Wajah mereka penuh
tanda tanya di mata Dita yang mulai terbuka.
Ma On Shan,
03062013
Catatan:
1.
Legenda Amah Rock saya ambil
dari buku Tour and Guide Lion Rock
Country Park English Version.
2.
Siu Cie adalah panggilan kepada wanita
muda dalam bahasa Kantonis.
NB: pernah terbit di koran lokal berbahasa Indonesia di Hong Kong.