BUAH SIMALAKAMA ITU ...
: bagi penyair generasi kini
buah simalakama itu, cintaku, terhidang di meja makan
apapun pilihan akan meruahkan masalah dalam pencarian
mata pisau telah diasah sapardi dan dukanya abadi, sementara
keraguan goenawan dan kematian semakin akrab dalam dekap
subagio
o amuk kapak sutardji lepas dari tradisi hingga abad berlari
bersama afrizal
buah simalakama itu, cintaku, tumbuh sepanjang tualang
apakah sebagai pejalan harus kembali ke nyanyi sunyi di dada
doa amir hamzah
mengembara serupa ahasveros dikutuksumpahi eros
menuju ke laut bersama takdir membaca syair
menguntai seloka lama serupa gurindam raja ali haji?
buah simalakama itu, cintaku, makanlah
saat puncak gelisah: kunyah hinga sepah
lalu muntahkan sebagai intan berkilauan!
bpsm, 11/1/2012
Menilik judulnya “BUAH SIMALAKAMA ITU …” saya menemukan ada suatu bagian kalimat yang dihilangkan dengan tanda epilepsies (…). Entah tentang apa dan apa yang sebenarnya yang ingin disampaikan oleh penulis. Ini masih menjadi teka-teki dan hanya penulis yang tahu kepastiannya.
Menilik judulnya “BUAH SIMALAKAMA ITU …” saya menemukan ada suatu bagian kalimat yang dihilangkan dengan tanda epilepsies (…). Entah tentang apa dan apa yang sebenarnya yang ingin disampaikan oleh penulis. Ini masih menjadi teka-teki dan hanya penulis yang tahu kepastiannya.
Menurut artinya, buah simalakama itu ada karena ungkapan
yang menyatakan bahwa dimakan atau tidak buah itu tetap mengandung bahaya atau
membahayakan. Dan ini jelas dalam kehidupan sehari-hari kita pasti akan
mengalami dan/atau menemui suatu keadaan yang seperti ini. Ini menantang saya
untuk berpikir bagaimana caranya menghadapi keadaan seperti ini.
Dan diteruskan dengan “: bagi penyair generasi kini”, dari
sini saya menemukan bahwa si penulis ingin membagi pesan kepada kita semua --
penyair yang hidup masa ini --. Bahwa untuk menjadi penyair itu sama artinya
dengan kita menemui buah simalakama yang tersebut diatas.
buah simalakama itu, cintaku, terhidang di meja makan
apapun pilihan akan meruahkan masalah dalam pencarian
mata pisau telah diasah sapardi dan dukanya abadi, sementara
keraguan goenawan dan kematian semakin akrab dalam dekap
subagio
o amuk kapak sutardji lepas dari tradisi hingga abad berlari
bersama afrizal
Dalam bait pertama ini saya mememukan bahwa untuk menjadi
seorang penyair yang berkepribadian kita akan menghadapi segala sesuatu yang berbahaya,
halangan dan rintangan. Semua itu sudah seperti santapan keseharian kita dan berada pasti di hadapan kita, siap menerjang
kita suatu saat, siap menyandung kaki kita saat kita melangkah dan kita pun juga
harus siap menghadapinya. Dan semua itu terjadi karena iyu awal dari proses pembentukan jati diri kita sebagai
penyair yang tangguh.
Kalau ada yang bertanya mengapa si penulis mengungkapkan kata “cintaku”, menurut pendapat saya, ini adalah bukti kepedulian penulis kepada kita semua, yaitu penyair-penyair muda yang ada saat ini. Dia menganggap kita sebagai orang terkasihnya yang harus dirawat dan dibimbing setiap saat.
Kalau ada yang bertanya mengapa si penulis mengungkapkan kata “cintaku”, menurut pendapat saya, ini adalah bukti kepedulian penulis kepada kita semua, yaitu penyair-penyair muda yang ada saat ini. Dia menganggap kita sebagai orang terkasihnya yang harus dirawat dan dibimbing setiap saat.
Kemudian saya terkejut dan bertanya mengapa ada barisan nama-nama penyair dan
karyanya dalam bait ini? Dari sini saya mendapatkan bahwa si penulis memberikan
suatu pilihan kepada saya, apakah saya akan selamanya menjadi seorang
yang hanya menjadi ekor saja atau akan
mendapatkan suatu kepribadian tersendiri seperti penyair-penyair yang disebutkan
dalam puisinya itu. Contohnya SDD menemukan kepribadiannya dalam puisinya yang
berjudul Mata Pisau dan DukaMu Abadi, Goenawan Muhammad dalam puisinya yang
berjudul Keraguan, Subagio dalam puisinya Kematian Semakin Akrab, juga SCB
dalam puisinya O Amuk Kapak dan Afriza; Malna dengan puisinya Abad yang
Berlari.
buah simalakama itu, cintaku, tumbuh sepanjang tualang
apakah sebagai pejalan harus kembali ke nyanyi sunyi di dada
doa amir hamzah
mengembara serupa ahasveros dikutuksumpahi eros
menuju ke laut bersama takdir membaca syair
menguntai seloka lama serupa gurindam raja ali haji?
Dalam bait kedua ini saya menemukan penulis ingin
menyampaikan bahwa halangan dan rintangan itu akan ada selama kita masih dalam
proses pembentukan dan pencarian. Kemudian saya merasakan ada sebuah tantangan
atau tawaran untuk mengikuti kejayaan Amir Hamzah dalam puisinya Nyanyi Sunyi
Di Dada Doa, atau memilih tetap mencari dan terus mencari seperti halnya seorang
pengembara ( saya tidak tahu apakah ini puisi dan pengarangnya “mengembara
serupa ahasveros dikutuksumpahi eros”), atau kita menuju kelautan, berenang
bahkan menyelami luas dan dalamnya seperti syair-syair yang dituli oleh Sutan
Takdir Alisyabana, atau juga kita harus kembali lagi kedalam bentuk puis-puisi
lama, contohnya Gurindam Dua Belas milik Raja Ali Haji.
Dari sini saya tahu bahwa penulis memang sengaja ingin
memberikan gambaran-gambaran penyair yang telah menemukan jati dirinya, terus
menyuruh kita untuk berpikir apakah akan terus mengekor atau memebnetuk jadti
diri sendiri.
buah simalakama itu, cintaku, makanlah
saat puncak gelisah: kunyah hinga sepah
lalu muntahkan sebagai intan berkilauan!
Dan sebagai bait penutup DAM menyampaikan suatu pesan yaitu
sebagai penyair masa kini kita harus melahap semua proses yang ada, melalui
semua rintangan dan halangan. Bahkan sampai saat-saat yang rawan pun kita masih
harus bisa berpikir dan berpikir bagaimana caranya kita membentuk jati diri
kita. Dan suatu saat bila kita telah benar-benar menemukan kepridian itu kita
akan melahirkan senuah karya yang berkilauan dan akan kekal sepanjang masa.
Aku sangat terpesona dengan DAM yang sangat peduli dengan
generasi penerus penyair, dengan ungkapan BUAH SIMALAKAMA, dia menyampaikan
sebuah nasehat agar kita terus berjuang dan berjuang untuk menemukan
kepribadian yang sesungguhnya, dengan menawarkan dan menyuguhkan berbagai
kepribadian kekal penyair-penyair ternama dari zaman dahulu hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar