Insomnia, kata ini memang sudah tidak asing lagi dalam
kehidupan kita. Dan setiap orang bisa mengalaminya. Apa sih yang dimaksud
dengan insomnia itu sebenarnya?
Akan tetapi saya minta maaf, di awal ini saya ingin bercerita
dahulu tentang penyalahgunaan kata insomnia. Beberapa bulan yang lalu saya
tertawa sampai terpingkal-pingkal, karena ada salah satu teman maya saya (baca:
facebook), membuat status tentang insomnia padahal itu masih sekitar waktu
maghrib. Saya masuk dan bertanya di statusnya, ‘ini masih sore lo, kok sudah
ngomong insomnia?’, lalu dia balik bertanya ‘insomnia itu apa sebenarnya?’.
Parah sekali kan? Ada orang yang menggunakan bahasa asing tapi dia tidak tahu
apa artinya. Kemudian saya jelaskan padanya kalau insomnia itu penyakit tidak
bisa tidur dengan nyenyak. Dia sendiri ikut tertawa dalam balasan komen di statusnya dan
menjelaskan dia tidak tahu apa sebenarnya itu insomnia. Dari sini saya bisa
memetik hikmah dan berjanji tidak akan menggunakan bahasa asing atau bahasa
yang masih asing dalam setiap kata yang saya tulis. Takut ditanya tapi tidak
tahu jawabnya.
Insomnia menurut bidang kesehatan adalah penyakit tidak bisa
tidur atau mungkin penderita bisa tidur tapi tidurnya tidak bisa nyenyak. Saya
yakin di antara sekian banyak manusia menganggap penyakit insomnia adalah
penyakit yang remeh. Namun insomnia bukan semudah dan seremeh yang kita
bayangkan. Insomnia sangat menyiksa, dan ini dapat mengganggu aktivitas kita.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika kita ingin tidur tapi tidak bisa tidur atau bisa
tidur tapi tidak bisa nyenyak –selalu terbayangi hal-hal yang tidak kita
inginkan—menyiksa bukan. Saya yang ingin tahu dan selalu ingin tahu apa yang
sebenarnya dimaksudkan dalam puisi, saya mencoba mengobrak-abrik untuk
menemukan pesan yang terkandung di dalamnya. Walau mungkin saya bisa dikatakan
masih “serba terbatas”, namun semangat yang meledak dan tertantang inilah yang
membuat saya berani.
Kemungkinan karena mewabahnya penyakit ini, Eska Wahyuni prihatin
dan mengambilnya sebagai bahan bahasan ide puisinya. Dia ingin mengungkapkan
apa itu insomnia dan apa penyebabnya. Atau mungkin Eska punya maksud tertentu
tentang insomnia dalam puisinya ini.
INSOMNIA
Oleh: Eska Wahyuni
Oleh: Eska Wahyuni
tentu saja. ingatan itu kekal di matamu.
sesuatu kau bekukan di belakang lalu lalang orang orang.
kereta, lingkar jalan layang dan semua yang terserak dari
pecahan jam, tanggal, dan bulan yang berpilinan. yang
bertabrakan.
wajah wajah. nama nama. suara suara. mereka yang berdesak
desak di sebuah laci, menjerit minta di temani. tetapi
burung
burung itu telanjur sunyi. semua legenda tentang kota kota,
tiang tiang baja,
gedung gedung kaca, dan boneka boneka di dalamnya (yang
memaksakan
gelak tawa pada sisa umur baterainya), angin yang berhenti terbang
juga debu dalam lingkaran lingkaran yang diam, telah usai
di bacakan. hanya dalam satu halaman: mereka yang
datang-mereka
yang pergi-mereka yang tak pernah dikenali lagi. prasasti
didirikan.
tetapi kebisingan, seperti juga tatapan yang asing, menyangkarkan
kenangan lalu mengereknya pada tiang yang jauh. dan kereta
yang tak punya perhentian mengirimkan burung burung
(juga suara laut dan wangi rumput) ke alamat yang tak
diketahui.
tiba tiba langit sudah tak berkotak kotak lagi. tak di
warnai. tak punya tepi
tentu saja. ingatan itu kekal di matamu: sesuatu yang bisa
meneteskan waktu
dari kumparannya, bahkan air mata, pada semua yang berwarna
abu abu.
jogja, jan 2011
Sebelum memasuki badan puisi dalam hati saya bertanya,
seperti apakah insomnia yang dimaksud Eska itu sebenarnya, apa insomnia di sini
sama dengan insomnia di bidang kesehatan?
tentu saja. ingatan
itu kekal di matamu.
sesuatu kau bekukan di
belakang lalu lalang orang orang.
kereta, lingkar jalan
layang dan semua yang terserak dari
pecahan jam, tanggal,
dan bulan yang berpilinan. yang bertabrakan.
Suatu kepastian dari tanda-tanda seorang yang mempunyai
penyakit tidak bisa tidur (dalam bidang kesehatan) adalah selalu memikirkan sesuatu
dalam kehidupannya. Sesuatu itu bisa berupa persoalan atau masalah yang sangat special
sehingga si penderita mau tidak mau akan
terus mengenangnya. Mungkin persoalan ini bersifat sangat pribadi dan si
pebderita akan terus merahasiakannya tanpa mau berbagi dengan orang lain.
Persoalan itu juga dapat berupa kekayaan dan kemewahan yang mereka miliki. Atau
bisa juga masalah itu tentang kerumitan
sosial ekonomi. Apabila semua permasalahan itu terlalu lama ditutupi dan tidak segera mendapatkan pemecahan,
seseorang itu akan terus menerus gelisah dan berpikir bagaimana ya baiknya.
“… dan semua yang
terserak dari
pecahan jam, tanggal,
dan bulan yang berpilinan. yang bertabrakan.”
Dalam penggalan ini saya mengartikan bahwa semua masalah
yang menyebabkan insomnia itu adalah masalah yang terjadi setiap saat dalam
kehidupan sehari-hari. Mungkin terjadi di masa lampau dan masih berlangsung
hingga saat ini. Kemudian akan muncul permasalahan-permasalahan baru yang
serupa seiring berputarnya waktu, Dan semakin lama persoalan itu semakin banyak
dan mungkin tidaka akan habis untuk dicarikan jalan keluar. Semua persoalan itu
berseliweran di dalam otak secara terus menerus.
wajah wajah. nama
nama. suara suara. mereka yang berdesak
desak di sebuah laci, menjerit
minta di temani. tetapi burung
burung itu telanjur sunyi.
semua legenda tentang kota kota, tiang tiang baja,
gedung gedung kaca,
dan boneka boneka di dalamnya (yang memaksakan
gelak tawa pada sisa
umur baterainya), angin yang berhenti terbang
juga debu dalam
lingkaran lingkaran yang diam, telah usai
di bacakan. hanya
dalam satu halaman: mereka yang datang-mereka
yang pergi-mereka yang
tak pernah dikenali lagi. prasasti didirikan.
tetapi kebisingan,
seperti juga tatapan yang asing, menyangkarkan
kenangan lalu
mengereknya pada tiang yang jauh. dan kereta
yang tak punya
perhentian mengirimkan burung burung
(juga suara laut dan
wangi rumput) ke alamat yang tak diketahui.
Sepertinya dalam bait ini Eska ingin menunjukkan kepada kita
sesuatu yang baru, bentuk ulang (wajah
wajah. nama nama. suara suara) tapi tanpa tanda penghubung. Ini membuat
saya bingung sejenak bagaimana caranya, dan menurut pendapat saya ini memang
kata ulang tapi mempunyai maksud yang lain. Kalau dilihat mungkin si penulis
ingin mengungkapakan bahwa semua hal yang ada di dunia pasti punya wujud, rupa,
nama, arti dan fungsinya masing-masing. Semua persoalan atau hal itu pasti
selalu ada di sekitar kita dan secara tidak langsung kita pun berhubungan dan
masuk dalam pikiran kita.
… mereka yang berdesak
desak di sebuah laci, menjerit
minta di temani. tetapi burung
burung itu telanjur
sunyi. …
Saya merasakan bahwa penyair ingin menyampaikan bahwa
persoalan atau hal itu mempunyai tempat tersendiri sesuai dengan bidangnya
masing masing. Namun semua itu selalu berdampingan dan tidak bisa dilepaskan
satu-satu atau dipreteli (bahasa
Jawa) serta ada dalam satu wadah pemikiran seseorang. Satu persoalan juga dapat
menumbuhkan atau mengundang persoalan-persoalan yang lain sehingga semua
persoalan itu sudah seperti berkaitan. Si empunya persoalan ingin segara
menyelesaikan semua persoalan itu namun ada yang terjadi di luar dugaannya, persoalan
itu tidak akan mendapatkan tempat dan/atau persoalan yang serupa sudah ada yang
memecahkan sebelumnya. Sehingga persoalan yang dimaksudkan sudak tidak
ditanggapi oleh orang lain. Bahkan bila ada yang membukanya kembali, terpaksa
mereka akan menutup mulutnya dan mereka tidak akan pernah menceritakan apa yang
sebenarnya terjadi.
… semua legenda tentang kota kota, tiang tiang
baja,
gedung gedung kaca,
dan boneka boneka di dalamnya (yang memaksakan
gelak tawa pada sisa
umur baterainya), …
Semua peristiwa yang terjadi di sebuah tempat, dapat berupa
bencana, pembangunan, pembaharuan dan perubahan, serta penduduk yang berada di
wilayah tersebut, akan menjadi bahan pemikiran juga. Karena mereka ( tempat dan
penghuninya) adalah bagian dari kehidupan dan tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Mereka juga memerlukan perhatian, terlebih lagi kepada manusianya (maaf) di
sini mungkin si penulis menyamakan manusia itu sebagai boneka, karena mereka
tidak mempunyai kekuasaan sehingga dengan mudahnya diperintah oleh yang
berkuasa dan sebenarnya ingin memberontak namun tidak mempunyai kekuatan,
mereka takut, jadi manusia-manusia itu hanya mirip boneka, meski punya nurani
tapi tidak melawan dan hanya akan membiarkanya.
Manusia sebenarnya menderita dan hanya akan berusaha untuk
kelihatan seperti bahagia bila dipandang. Mungkin dalam pemikirannya “apa gunanya
kita bersedih, ini sudah nasib kita untuk menerima semua perlakuan seperti ini,
dan masa kita mungkin tidak akan lama lagi”. Dan ini juga menjadi beban atau
permasalahan yang sangat serius. Dan mungkin bisa dikatakan akan mematikan
semua sarana dan sumber daya manusia.
… angin yang berhenti
terbang
juga debu dalam
lingkaran lingkaran yang diam, telah usai
di bacakan. hanya
dalam satu halaman: mereka yang datang-mereka
yang pergi-mereka yang
tak pernah dikenali lagi. …
Dalam penggalan ini saya menemukan bahwa kabar atau
peristiwa, dapat berupa bencana sudah terjadi bahkan tertalu sering sehingga
manusia tidak mampu lagi untuk mengungkapkan bagaimana keadaan yang mereka
alami. Hanya dalam sekejap dan dalam satu persoalan saja akan mengakibatkan atau
mencetuskan banyak peristiwa-peristiwa lain terjadi dan semua itu datang silih
berganti bahkan karena terlalu banyaknya peristiwa itu ada masalah yang
terlupakan atau tersingkirkan begitu saja sehingga tak pernah ada yang menemukan
jawabnya meskipun persoalan itu sebenarnya sangat serius dan perlu
dipertimbangkan secara matang, serta perlu penyelesaian sesegera mungkin.
… prasasti didirikan.
tetapi kebisingan,
seperti juga tatapan yang asing, menyangkarkan
kenangan lalu
mengereknya pada tiang yang jauh. dan kereta
yang tak punya
perhentian mengirimkan burung burung
(juga suara laut dan
wangi rumput) ke alamat yang tak diketahui.
Meskipun peringatan tentang semua peristiwa itu telah
diberikan dan tak pernah bosan disebarkan, namun tanda itu hanya akan seperti
angin yang berlalu saja, tenggelam dalam keramaian yang semakin menjadi atau
peristiwa-peristiwa kecil yang membesar. Atau bahlkan ada kejadian lain yang
masih belum kita kenali sebelumnya menggesernya dan menjadikan peristiwa
penting yang terjadi itu segera dilupakan.
Mungkin penulis ingin
menyampaikan bahwa hakikat sebagai manusia yang sebenarnya telah
dilupakan dengan hal atau pemikiran baru yang kemungkin berasal dari seiring
perkembangan zaman ini. Kita ada yang termakan globalisasi, sehingga kita lupa
siapa jati diri kita. Kita akan terus berjalan seiring waktu namun kita tidak
mengetahui seberapa jauh kita berjalan dan sampai kapan, bahkan kita akan
dihantarkan kepada dunia yang baru yang kita tidak ketahui sebelumnya bahkan
kita tidak mengenalinya. Dan peristiwa ini akan menjadikan kita untuk berpikir
lebih lagi tentang apa dan bagaimana sehingga kita tidak bisa tidur.
tiba tiba langit sudah
tak berkotak kotak lagi. tak di warnai. tak punya tepi
Dan dalam menghadapi situasi seperti ini si penulis ingin
menyampaikan bahwa kita sepertinya melupakan sesuatu. Kalaulah langit di sini
dimaknai sebagai Yang Maha Tinggi, maka kita seperti akan melupakan hakikat
sebagai hamba Tuhan yang seharusnya beriman dan bertakwa kepada-Nya. Kita telah
lupa segalanya, bahkan kita menjauh dari-Nya dan kita tidak lagi beribadah,
hanya mengejar dunia dan dunia.
tentu saja. ingatan
itu kekal di matamu: sesuatu yang bisa meneteskan waktu
dari kumparannya,
bahkan air mata, pada semua yang berwarna
abu abu.
Dan sebagai bait penutup Eska juga menyebutkan suatu
kepastian yang selalu ada dalam pemikiran seorang penderita insomnia adalah
semua yang keluar dari hal yang telah ditentukan atau menyimpang jalannya.
Semua penderitaan yang terjadi di dunia ini akan selalu saja ada dan terus
mengganggu jalan pemikiran dan selalu membuat kita tidak bisa tidur. Namun
penderitaan ini disamarkan sehingga orang lain tidak akan mengetahuinya. Atau
mungkin juga dia tidak mau membaginya dengan orang lain, hanya memikirkannya
sendiri.
Dari semua uraian yang saya buat di atas, saya menyimpulkan
bahwa siapa sebenarnya yang terserang insomnia itu. Negeri kita beserta para
pemikirnya yang tanggap akan hal dan penyebabnya adalah orang yang terserang
insomnia dan mereka akan terus berpikir bagaimana caranya menyelesaikan masalah
seperti yang Eska ungkapkan dalam puisinya ini. Sepertinya penyair pun punya
andil untuk terserang insomnia. Karena penyair adalah seorang yang ingin
melukiskan apa yang terjadi dan dia tidak akan pernah berhenti untuk memikirkan
peristiwa yang tersebut dalam puisi ini. Meurut pembacaan saya isi puisi ini
adalah sebab mengapa orang bisa menderita insomnia, apa yang sebenarnya ada
dalam pemikirannya.
Dalam puisi ini saya juga seperti diajak Eska menjelajahi
semua peristiwa dan bagaimana jalannya peristiwa itu, Eska juga seperti membuat
saya menjadi seperti penderita insomnia, saya akan memikirkan apa yang
sebenarnya ingin diungkapkan dan dijelaskan olehnya dan tidak bisa tidur dengan
nyenyak.
LukA
MOS 16012012
MOS 16012012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar