Minggu, 25 Agustus 2013

(APRESIASI PUISI) KETIKA KATA TABU MASUK PUISI

KEPADA ABAH
Oleh: MR. Rinaldi

Abah... kutemukan sebutir kelereng
bisakah kau menunjukkan satu lagi
atau mungkin ingin beli sekantung?
ah... terlanjur tabu, lupakanlah!

cukur saja kumis, jenggot juga jembutku
aku ingin telanjang, lari memanggil hujan
aku benci petir, coba tanyakan pada cuaca
adakah tempat untuk sembunyikan gemanya
juga kilat yang membutakan mata
tapi, siapa yang akan menemani?
teman-temanku sudah kawin
tak lagi rindu taman bermain

Abah, masihkah kau sanggup menggendongku
menapaki pematang sembari bersalawat nabi
terus melangkah ke arah magrib dan berkata
"di sana, di balik awan itu malaikat sedang berdoa"
"untukku?" dalam senyummu kutemukan diriku sendiri
: menghisap susu hitam dari puting zaman. lelap.

Cilegon-Banten.
11-05-2012



Puisi ini semacam surat atau bahkan bisa dikatakan curhat kepada “Abah” dan siapakah abah dalam puisi ini. Tentu saja berbagai macam jawaban akan timbul karena sememangnya puisi adalah karya multitafsir. Sebagai pembaca yang awam dan “cethek” pengetahuannya, saya mendefinisikan abah di sini sebagai sesuatu atau tempat kita mencurahkan rasa, orang yang bijaksana, dapat dijadikan panutan dan contoh oleh generasi muda, orang yang penuh kasih sayang, tulus dan penuh wibawa, orang yang dapat membimbing kita.

Aku lirik dalam puisi ini adalah orang yang sangat merindukan kehadiran bapak, sebab banyak kebahagiaan yang dia dapatkan dari “abah.” Bahkan aku lirik adalah orang yang paling kehilangan abah. Aku lirik ingin mengabarkan pada “abah” bagaimana keadaannya saat ini. Menemukan sesuatu yang sangat disukainya, namun sebagai manusia—pada umumnya manusia sifatnya serba kurang—aku lirik pun selalu merasa kurang dengan apa yang dia dapatkan, dia ingin lebih dan meminta lebihnya itu pada sesosok yang di beri nama abah. Namun hal ini tidak mungkin terjadi sebab bila dituruti yang namanya “nafsu” tidak akan pernah puas. Dengan nada yang tegas aku lirik menepiskan semua angan-angannya, ingin melupakan semua yang menjadi kegelisahan nafsunya.

Bait pertama ini menyeret saya untuk berpikir bahwa aku lirik itu masih seperti anak kecil, selalu merenggek, menangis dan manja, padahal kenyataan aku lirik adalah orang yang dewasa (lihat bait kedua). Semua jelas, tumbuhnya rambut halus di tempat-tempat tertentu adalah menunjukkan bahwa manusia itu telah memasuki masa dewasa—menurut biologi. Memasuki bait kedua ini akan semakin terasa bahwa aku lirik ingin kembali atau mengulangi lagi masa-masa kecilnya.

“cukur saja kumis, jenggot juga jembutku
aku ingin telanjang, lari memanggil hujan”


Kata-kata ini menunjukkan bahwa dengan ketiadaan rambut halus di bagian tersebut maka seseorang itu dikatakan masih kanak-kanak yang sukanya selalu telanjang dan bermain hujan (hehehehe kenyataan pada masa kanak-kanak). Namun kemungkinan “telanjang” di sini adalah saat aku lirik masih bersih dan belum terkena racun dunia atau dosa-dosa yang dilakukan sepanjang perjalanan sampai saat ini. Belum mengenal seluk-beluk kehidupan yang gampang-gampang susah. Belum mengenali hiruk pikuk dunia, yang ada saat itu adalah semua indah. Belum bisa mengartikan hitam dan putih yang sebenarnya.

Namun sebagai kanak-kanak ada juga hal yang ditakuti yaitu suara petir (kalau zaman saya dahulu katanya kalau ada petir dan kita menutup telingga, maka nanti jika hari kiamat kiamat kita tidak bisa mendengar panggilan Allah atau ajakan Nabi Muhammad). Nah, dari sini jelas bahwa ketakutan aku lirik semakin menjadi bahkan dia ingin melabrak cuaca untuk menyembunyikannya. Ya, manusia memang selalu ditakutkan oleh masalah-masalah besar yang ada dalam kehidupan ini.Kadang saya pun takut atau bahkan ketakutan sendiri bila berpikir tentang bahaya yang saya hadapi dan bila saja bisa saya ingin memutarbalikan kenyataan serta mengatur apa yang ada di hadapanku namun aku tidak bisa, begitu juga aku lirik di puisi ini. Indra manusia yang paling sering menghadapi bahaya adalah mata dan telinga(penglihatan dan pendengaran) sehingga kenapa penyair memilih petir untuk melambangkan bahaya atau masalah besar dalam puisinya adalah itu kejadian alam yang melibatkan mata sekaligus telinga.

Namun aku lirik di sini selalu merasa sunyi dan sendiri meskipun dia di tengah keramaian. Dia ingin bermain-main lagi namun tidak ada yang peduli. Itulah hakikatnya hidup di dunia ini. Manusia itu seelalu sendiri meskipun dia dikatakan sebagai makhluk sosial. Semua serba sendiri, tidak aka nada orang yang peduli pada nasib kita kecuali diri sendiri. Apalagi jika semua sudah berkutat pada dirinya sendiri. Berpusat pada diri sendiri, manusia akan melupakan kebersamaan dan indahnya bersama.

Lalu sebagai penutup puisi, dengan permohonan yang lirih aku lirik bertanya kepada sosok abah apakah masih sanggup menggendongnya (ya jelas saja tidak sanggup dong, hehehe, orang sekarang seharusnya yang digendong justru sosok abah). Sebuah kerinduan pada masa-masa yang indah ada kalanya mengiris hati (sebagai seorang melankolis sempurna, saya hanya memanen air mata bila mengingat masa lalu yang indah). Kenangan seperti apakah yang selalu dirindu seorang aku lirik puisi ini, mungkin sederhana saja yaitu digendong ayah, menembus waktu magrib menuju surau untuk melaknakan panggilan kewajiban menghadap yang Maha Kuasa, lalu sang ayah tak bosan menasehati dan mendongengi aku lirik dengan petuah-petuah yang bijak. Seorang ayah, sudah saya tuliskan di awal tadi, adalah seorang yang bijak dan berwibawa, dia akan selalu sabar dalam menghadapi berbagai pertanyaan yang terlontar dari mulut anaknya meskipun kadang pertanyaan anaka kecil ada konyol dan tidak masuk akal, senyuman adalah senjata ampuh untuk meluluhkan keingintahua n seorang anak. Sebagai sosok abah penerus, aku lirik tahu bahwa dia sendiri pun  akan mengalami hal itu. Semua akan berputar datang silih berganti.

Seluruh kepahitan hidup yang muncul dari pergantian zaman, berputarnya waktu akan terus ada bahkan terasa oleh manusia sampai dia lelap menuju keabadian. Kenangan-kenangan yang indah dulu tidak mungkin kembali lagi jika kita tidak menciptakannya sendiri. Semua akan menyaksikan siapa kita, jangan merasa sendiri, toh kita semua sama.


MOS, 11 Mei 2012

DEDIKASI ULANGTAHUN KEDUAPULUH TIGA

23 LILIN UNTUK LULUK ANDRAYANI: MEMBACA DIRI

  
Pada hari Kamis, 23 Februari 2012, adalah moment terpeting dalam kehidupanku. 23 tahun lalu aku dilahirkan ke bumi oleh ibuku, bertepatan pada hari yang sama pula. Sahabat-sahabatku dari sebuah komunitas sastra facebook, Bengkel Puisi Swadaya Mandiri milik penyair yang bernama Dimas Arika Mihardja, menghadiahkan puisi-puisi dedikasi yang terindah dan tak ken terlupakan olehku seumur hidup ini.

Lewat catatan ini saya berterima kasih kepada mereka semua (baca: sahabat-sahabatku) karena telah memberikan doa, harapan, kekuatan dan juga memberikan arti bagi kehidupanku. Hanya Allah Yang Maha Kuasa yang dapat memberikan balasan untuk kebaikan kalian semua. Saya hanya bisa berdoa semoga kebersamaan ini terjalin sampai nanti, meski hanya kontak pikiran yang terjadi, tapi bukankah pikiran adalah sebagian dari dasar jiwa kita. Ikatan batin lebih kuat dari pada ikatan raga yang terjalin di dunia nyata.

Selamat menikmati sajian ini dan sekali lagi terima kasih. Salam sayang selalu.


Catatan Dimas Arika Mihardja

 Sebuah dokumen dengan judul LILIN UNTUK LULUK ANDRAYANI: MEMBACA DIRI merupakan upaya pengurus BPSM berkeadilan dan menggalang kebersamaan antarwarga yang merayakan milad. Heran tetapi juga takjub, Februari ini secara berturut-turut melahirkan wanita-wanita yang dikaruniai kehalusan rasa. Sebut saja Rini Intama, ulang tahunnya 21 Februari nyaris beku dan berlalu, beruntung Ratu Ayu mengingatkan kita dengan puisi yang dipostingnya. Lalu memasuki 22 Februari, giliran puisi persembahan untuk Astry Anjani memenuhi dinding BPSM, dan 23 Februari ini Luluk Andrayani pun merayakan miladnya.

Demi keadilan dan kebersamaan yang indah di antara kita, kepada warga BPSM dipersilakan memajang puisi di dinding dan sekaligus menggabungkan puisi itu ke dokumen yang telah saya buat: khusus untuk Luluk Andrayani.
Demikianlah, semoga kawan-kawan BPSM memanfaatkan kesempatan ini untuk berkreasi secara bebas sembari "membaca diri" alias introspeksi. Kelak, jika ada rejeki, puisi dedikasi seperti ini akan dikumpulkan dan diterbitkan dalam SEBUAH BUKU khusus memuat puisi dedikasi sepanjang tahun 2012. Apakah kawan-kawan tertarik mewujudkan nilai silaturahmi melalui penerbitan buku puisi dedikasi bagi sahabat yang berulang tahun?

SEBELUM 23 Februari, sebelum menyalakan lilin ulang tahun, Luluk Andrayani menulis status seperti ini:

Seandainya engkau berubah menuju hal yang lebih baik, aku telah tahu meski tak kamu riyakan kepada semua orang. Karena hatimu telah di hatiku.

Ketahuilah aku tidak suka kepada orang yang riya, karena sesungguhnya kebaikan itu ada di hati, bukan di wajah.


Ajining raga gumantung saka busana
Ajining diri gumantung saka lathi


Pesanku, jika memang engkau telah berubah menjadi lebih baik. Sembunyikan saja dalam hatimu, biar hanya Tuhanmu saja yang tahu. Karena aku tak mau tahu
  Jelang 23 Februari 2012 pula, Luluk Andrayani memajang sebuah puisi berjudul “Malam Penghabisan” seperti ini:

Malam Penghabisan  
kutatap kumpulan doa-doa yang berjejalan di atas lipatan sajadah waktu

berlari mengejar bayang yang terpadam oleh segerombol gagak yang membubung

hiasi langit jingga dan kulihat bercak-bercak merah menganga di mata dunia

inikah penghabisan tuan?
padahal rinduku akan sejuk embun di esok hari masih gebu
berkas impian yang pernah terkubur dulu
kini berjajar rapi menanti gemulai tanganku menyentuhnya
membacanya satu satu lalu mengajakku menjelajahi ruang
luas tanpa pernah kutahu apa namanya

ruang ruang berteriak serak saat langkah kakiku terbentur pembatas
aku terjungkal patah sudah tanganku
perih bertandang mengurung sendi beku
aku terpaku termanggu tanpa tahu kemana akan melangkah
luas namun berselimut kelam damar di tepian telah padam
inikah penghabisan tuan?
padahal pintu hanya lima langkah di hadapan
namun aku telah buta oleh sepercik kebodohan
terlalu patuh pada perintah bunda
Ma On Shan, 22022012

Lalu Luluk Andrayani menjelang detik-detik memasuki 23 Februari, menjelang memasuki miladnya, mengirimkaan gambar setangkai mawar putih dan meminta beberapa kata untuk dijadikan ingatan, acuan, dan cermin menjelang hari jadinya 23 Februari 2012, dan beberapa puisi itu lalu diposting oleh Luluk Andrayani sebagai  ucapan aterima kasihnya seperti ini :

Terima kasih untuk Abahku Dimas Arika Mihardja, Kangmasku Kanjeng Senopati dan Sahabatku Saprilah. Pesan-pesan ini akan saya jadikan sebagai pedoman dalam hidupku.


1. Dimas Arika Mihardja (Jambi):  
AYAT 477 SETANGKAI MAWAR PUTIH
: Luluk Andrayani


di dinding bengkel tertulis grafiti:

ber-217-an, maka di ujung sana adalah tujuan
arah darah merah meraih hati merah

ayunan langkah adalah ritus ibadah
di atas tanah amanah, menulis puisi di atas kertas
lalu dibentuk menjadi perahu yang lalu dihanyutkan
di deras samudera
kelak, perahu itu kembali merapat di pelabuhan
dan senja akan begitu temaram sebab tak lagi berpelangi
melainkan hanya senyum kelopak mawar putih
yang mekar beraroma

bpsm, 2012

2. Dimas Arika Mihardja (Jambi)
  NI LUH ANDRAYANI


duduk simpuh di atas simpulan talitemali

anyam-mengayam gumpalan hati: ni luh andrayani

menyusun jari nan sepuluh, manembah gusti
lalu telaga bening itu tercipta di rekah kelopak bunga

di tangkup dan tingkap dada riak rasa
ngalir di luas bentang sajadah: ya, gusti
kanjeng senopati gegantilaning ati
manembang kidung tengah wengi

nduk, putriku
pandanglah padi di sawah
tak lelah runduk di tanah basah
semakin runduk mencium amanah
: duh gusti, terimalah derai airmata ini
bpsm, 2012
3. Kanjeng Senopati (Yogyakarta):
MENANGISLAH
: Luluk Andrayani
menangislah, andai gumpalan awan mendung gelayut di langit hati tak mampu kau bendung
semoga saja derai airmata menggenang adalah tuba-tuba meracuni jiwa, hingga hatimu kembali cahaya, murung tak lagi menyapa
menangislah, bilamana beban terasa berat dipunggung memikul, menggerogoti hati meninggalkan pedih perih serasa terpukul
biarlah, airmata yang mengucur deras dari pelupuk mata menjelma matair yang membasahi gersang jiwa,
mekarkan kembali kuncup harapan yang lama tertunda
menangislah, biarlah airmatamu mewakili katakata yang tak mampu terungkap dalam pengaduan
biarlah setiap tetesannya melicinkan jalanmu saat mengetuk pintu syurga
menangislah!
dibalik airmata kedukaanmu adalah mataair cinta, andai kau baca isyarahnya
(KS,022012)

4. Saprillah Syahrir Al-Bayqunie (Makassar):
Mawar Putih Untuk Lukamu
: Luluk Andrayani
ini setangkai mawar putih
semalam kucuri dari surga
ketika malaikat ridwan tersilap sejenak
ini, kuserahkan dengan hati
kecuplah sepuasmu
biar lukamu cepat pergi
Makassar, 10 Pebruari 2012
(Thanks untuk puisi nakalnya)

5. Muhammad 'aldy' Rinaldy (Palembang)

JILBAB BIRU

jatuh di tikar lusuh
patah bersimpul kata
basah merangkum dosa
dan doa meringkas syahadat
tuk hadirnya syafaat, llahi Robbi

dengung cumbu berhalwat sholawat
sebuah kaidah mensucikan sebuah perjalanan
penerang makna kehidupan
cermin luhur, titian temaram hati
demi terang syahdu-senyap
istiqomah jalan diri, bentengi alam sunyi

masih di tepian bentang itu,
tahmid bertaut tasbih
lalu terbang mengoyak awangan
yang termakan indah hamparan, luas kajian

fajar baru, jiwa-jiwa.

palembang,
13-02-2012

6. Kanjeng Senopati (Yogyakarta):
TAMAN MADU
: Luluk Andrayani


sudah berapa putaran bumi taman madu itu kau semai
ternyata ladang itu ditanam sejak duapuluhtiga tahun lalu saat lepas dari rahim malam
jangan biarkan mahkota bunga bersabuk kabut pekat
terendapi debu-debu mencumbu agar tak mengusam warna dan rasa tetap mendegup dada
biarlah sarinya menjadi jamuan para dewa saat di altar berpuja
saat rindu berpesta wangi melati
meski tanpa nyala dupa-dupa karena aroma cinta mengharumi hati

(KS,022012)

7. Mahbub Junaedi (Brebes):
LULUK ANDRAYANI

ada kamu yang selalu
membias kata di beranda
membisik dari balik tingkap bengurai angin menghitung embun

demi sebuah kisah
benderangkan mata
penuhi lorong gelap lalu kau menyelinap
sampai di persimpangan ada makna
menyusup di batas telaga
ada masa yang jeda? telusuri waktumu yang tersisa
 23/02/12

8. Deddy Firtana Iman (Banda Aceh)

Lilin
Kepada Luluk Andrayani

Bersalaman senyum pada takdir
setelah angin mengusik tanggal ganjil
pun ikut meniup keresahan umur
yang semakin tua bersanding jejak sajak

"Ada aku," di sela keheningan
dan kujawab "detik-detik yang patah"

Ruang bisu, melafalkan perjalanan
tentang korek api, kue tar dan secangkir kopi
yang tak jauh di irisan lidah
sengaja menyusut sakitnya sepi

Obrolan cahaya surga
menutup pertemuan; lilin menyusut padam

23/02/12


9. Feriyanto Arief

DETAK ITU
: Luluk Andrayani

detak waktu itu
menetes bersama leleh lilin terbakar
sebentar habis terang cahaya atau
sekedar jelaga kau punya ?

fa, 23022012


10. Windu Mandela ( Sumedang)

ISYARAT HUJAN
Luluk Andrayani

ada isyarat dari hujan yang jatuh
di batu jalanan ia terbaring
kaku melawan gigil
mencoba hampiri kau yang sedang memotong
kua tar dikirim eros

Sumedang,
Februari 2012

11. Wahyu Toveng (Jakarta Utara)


Angka tiga wanita

Untuk : Rini Intama, Astry Anjani, Luluk Andrayani

Jiwajiwa jelita
kemilau ratna
di kebun katakata
beranda makna
maya pada

21 + 22 + 23 = 3

tiga tanggal istimewa untuk tiga wanita
bagai deret angka fibonacci
berjodoh dalam gairah yang sama
mengungkap hidup dalam makna kata

salam dariku hai tiga wanita
selamat hari istimewa
semoga sang Maha melimpah berkah karunia
senantiasa


23022012, Utara Jakarta

12. Mawar Berduri (Hong Kong)

Waktu Itu
: Luluk Andayani

Waktu bertanya pada usia, berapa banyak jarimu, jam membisikan"jangan tergesa beri jawabmu". Lalu bisikku padamu, pelan hitunglah dan ulang jika ragu, ingatlah bahwa di setiap angka ada makna, maka gunakan hati dan rasa, maka di situ ada batas pemberhentian yang entah kapan, namun Insya Allah disitu ada sekulum senyum dan airmata bahagia di celah retas embun doa.
Dan pada waktu jangan pernah salah dan menyalahkan, semoga hari ini awal dari segala yang baru, med milad shobatku, dari setetes embun pada kelopak mawar putih ada sebait doa untukmu.

Causeway bay, 23/02/12

13. Moh Syahrier Daeng (Riau)

MENGHITUNG PURNAMA
: Luluk Andrayani

Entah sudah berapa purnama yang engkau lewati
tidak kutahu angka pasti yang diukir matahari
Aku percaya, engkau masih semusim dengan Rois Rinaldi
tiada hari tanpa hamparan benih puisi-puisi

Pada pendakian waktu yang semakin menanjak
menghitung kenangan dan bekas jejak-jejak
Esok masih ada harap menunggu ditapak
sebelum matahari berhenti di titik puncak

Aku tidak bijak merenda kata-kata
kalau boleh hanya sekedar segantung doa

Bintan, 23-2-2012


14. Yusti Aprilina

Ketika Bunga Mekar
: Luluk Andrayani

Mawar putih itu telah mekar
wanginya semerbak,
mengundang kumbang dan kupu
untuk singgah dan bermain
lalu mawar putih dengan durimu
sigap pertahankan diri

Hanya ada satu yang boleh
kau pertahankan:
kelak dialah yang akan
menyerbuki putik harummu

Mawar putih mekarlah selalu
dalam degup jantung kekasihmu

23/02/2012


15. Moh. Ghufron Cholid (Malaysia)

SAAT MATA WAKTU MENGERLING CUMBU
: Luluk Andrayani

Di hari yang baru
Kau telah kupu

Detak waktu buru
Segala kenang cumbu

Airmata tak mesti lukis resah
Melainkan buah sumringah

Ada yang terbakar
Benci yang mengakar

Di hari yang baru
Kau telah kupu

Peta rindu tanah asuhmu
Tak terhapus waktu

Tinggal baktimu
Kau susun tugu

Segala mata
Cari kabar berita

Saat mata waktu mengerling cumbu
Kau pun tersipu di hari ulang tahunmu

Damansara Malaysia, 23 Februari 2012


16. Kemala Yasushi K

Kupukupu Kaku
: Luluk Andrayani

menyesak di dada ini bergumpal resah
tentang asa yang ingin membelah awan
merawat sebuah istana di sela gugus bintang
menyiapkan kelengkapan pesta akhir zaman

ketakpastian mendera kuat dalam ragu yang sangat
tentang kekuatan kepak sayap menantang angin
mewujudkan citacita yang telah diukir semenjak dini
ya, istana itu menanti elusan tangan suci
sedangkan aku kaku di beku waktu

aku tak mampu, sayang
hasrat semula tak lagi nyalang
rona istana memucat dalam angan
akulah si kupukupu kaku

harapan tinggal tersemat di geloramu
bentang sayap muda itu menjanjikan senyum penghuni istana
tempat kautuju bahagia bersama bidadari abadi

apabila telah sampai terbangmu
panggil aku, si kupukupu kaku, dalam doa

bpsm, 23.02.2012



17. Muhammad Rain

TIADA LAGI LUKA MAWAR PUTIH

Oleh: Muhammad Rain

teruntuk Luluk Andrayani (belum kenal tapiku sok kenal ;-)

aduh terkelupas ruas jemari
menganga darah meski tetes si kelopak putih
maafkan perlakuanku
tak pandai kita menyebut setangkai mawar tanpa duri

selamat ulang tahun duhai
meski tak pernah kita saling kenal
sembab air matamu hapus saja
garis tangan kehidupan siapa bisa menebak
pertemuan atau selamat jalan?

hari-hari baru terus mengakar
engkau si mawar putih
puteri bersih dari kesungguhan hati mencari keindahan
di alam dirimu sendiri
di sana letak keutamaan serbuk sari menanti keberkahan amalan
setelah berpelukan dengan embun pagi ini
tiuplah sinar pagi di mata kabut
segala kesedihan pun mengering sudah
tumbuhlah terus duhai
kehidupan sungguh alangkah tiada taranya meski sakit mengenal perjuangan
di sela-sela batu tanah akar menujam
engkau yang tumbuh dewasa dapat kau jadi bunga di atas batu?
tumbuhlah dan mekarkan harummu suci berkatmu
ikhlas berbagi kebahagiaan putihnya hati.

Aceh-Indonesia, 23 Februari 2012

18. Ratu Ayu (Cirebon)

MAWAR PUTIH
Buat : Luluk Andrayani

saat kutemukan kau
pada waktu kuncup
ketika pagi masih berembun
kelopakmu merekah
mencoba memuntahkan tanya
tentang kegelisahan
akan makna kata

kau mencoba berlari
mencari jatidiri
mengawang-awang keinginan
meratap di liang sunyi
dimana telah melelehkan umur
pada syair yang terus mewangi

semua telah kau lewati
hasil survey resah
mengukir pada perjalanan
setiap tapak yang terlalui
menjadi sejarah
selembar bukti disertasi terisi

Luluk Andrayani
mawar putihku
kini usiamu beranjak dewasa
sedewasa syair syairmu
teruslah tebarkan aroma indahmu
pada kelopak rekahmu
dan aku akan selalu memintal
makna sunyi untukmu

Caraka Pojokan Hati
230212

19. Dedet Setiadi

SEKELEBAT LULUK

Aku tak tahu, apa kau mau tahu, aku tak mau tahu!

Aku melihatmu melangkah menenteng waktu
Mengemas doa
Dengan terompah sajadahmu

Butir-butir cemas pun kauhabisi tanpa air mata
Dan kau selalu memandang cahaya
dari seberang benua
Aku yang tinggal di pusar jagat Jawa
Ijinkan melempar mantra

Abrakadabra, taburilah Luluk dengan cahaya cinta

Feb, 2012

20. Begawan Penabur Kasih (Palembang)
sugeng milad jenk Luluk adrayani, sebaris syair semoga mewarnai hari miladmu,...

JANGAN BERDUKA

Lukisan hidup selalu begitu
Ada merah, kuning, ungu dan kelabu
Hitam bukanlah pilihan
Hitam adalah warna dasar
Dasar dari kehidupan manusia
Putih adalah kanvas pada dinding jiwa
Begitulah jiwamu saat lahir di muka bumi

Kanvas itu telah penuh warna
Warna yang engkau pulaskan sendiri
Dari saat pertama kali engkau menyadarinya
Begitu luasnya kanvas milikmu
Dan itu adalah jatahmu
Jatah yang dibekalkan padamu sejak dirahim bunda
Sebagaimana juga aku dengan kanvasku sendiri

Walau setahun usia telah hilang
Dengan segala impian dan cita
Dan sebagian kanvasmu usai kau pulas
Dengan warna yang takkan hilang ditelan masa
Warna yang takkan mampu kau hapus
Tak peduli suka atau tidak, itulah warnamu
Warna yang kau pilih sendiri dari antara selaksa warna di bumi

Lukisanmu belum usai
Masih banyak warna yang bisa kau pilih
Dan banyak bentuk bisa kau gambar disana
Apabila kebimbangan menimpa rasa
Carilah cermin kehidupan
Pandanglah kedalamnya Di sana ada makna hidupmu
Abadikanlah diatas kanvasmu, karena itulah dirimu
— at kanvas hidup dari Paembang.


21. Önald Änold

Sajak Milad: Luluk Andrayani

kuingin mengirimmu bunga
ribuan kumbang mendahuluiku
kuganti dengan doa, banyak sudah terangkai
kuingin buat puisi,
sudah penuh peluh kata

tersisa hanya cintaku
yang jernih, tak berpesona
tak berwarna
terimalah,
penghantar mimpimu
penjaga cintamu.

Selamat ulang Tahun, Sobat.


22. Puja Sutrisna

Ini Februari 23, Luk!
: Luluk Andayani

ini feruari 23, luk? tepat saat
pelangi nyaris sesat. membaca hujan pagi
ringkuk menunduk, pada tanggal 23
: anak perempuan nangis histeris
memecah musim.

rengkuh hari dengan lakon Drupadi, luk
menanam sumpah meminum darah, Duryudono
ksatria pongah telanjangi haru, hari Respati
perempuan penakhluk bumi
: bintang hilang kerlipnya
malam musnah hitamnya

ini februari 23, luk!
musim dewa-dewa menitip puisi pada tangis
perempuan, pengusung mendung juga senandung
romantis-melankolis gerimis, di ranah biru
menyatu dalam musim penghujan
sepertiga, akhir februari
: ini hari menuk mbebayani
menutup kutub februari bersama senja
Anjani dan juga Rini!

(pada langit, Drupadi mengulum senyum
terbata-bata mengisahkan-Nya)

Puja Sutrisna, 23 Februari 2012
kepada tiga perempuanku: astry, rini, menuk!



23. Nabila Dewi Gayatri (Surabaya)


KAU BANGKITKAN
: terhatur adikku Luluk Andrayani
  di hari miladnya

kehadiranmu laksana anggur yang segar
menjadikan hidup senantiasa terjaga
keseimbangan antara raja' dan khauf
bagai malam yang selalu purnama
bagai siang yang selalu matahari

adikku,
kau bangkitkan nyala api jiwa
menjadikan kehidupan indah memancar
di tengah peradaban terkoyak
pajangan berhala mabuk dunia
melukis wajah tanpa rupa dan warna

di gerak ruh,
kau peragakan cumbuan harum titah
berpeluk mesra di kedalaman cinta-Nya
selamat, rebah di pangkuan Sang Tujuan


·~ Salam Cinta Pencinta Cinta Bercinta ~
on Thursday, February 23, 2012 at 3:22pm

24. Muhammad 'aldy' Rinaldy (Palembang)

DONGENG CINTA KLASIK
:Luluk Andrayani

"Alkisah"
Bani Umar di Jazirah Arab
miIiki segala macam yang diinginkan orang, Anak
belum
~ikhtiar

Qais! inisian 'Majnun' perkasa
di antara kelas dan teman. permata
Laila!

restu koyak terpecah belah hancur
berdenting lipat angan di kepalan
isak- keruh berderu-deru

tersunting
istana rupa aduhai tetaplah
menjadi, 'Ibn Salam' gagal melayukan. Laila
ringkuk membatin

gerimis menjerit, gagak makin lena berburu
sungai tetap jernih!
di malam musim dingin tanpa sapa tanya
dengan tatap tetap menatap pintu harap meruah
pun Pulang dengan tenang sambil bergumam, Majnun…Majnun. Majnun

'titip salam dan pesan'
(“Dalam hidupku, aku tidak bisa melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku demikian lama, tanpa mampu menceritakannya kepada siapapun. Engkau memaklumkan cintamu ke seluruh dunia, sementara aku membakarnya di dalam hatiku, dan engkau membakar segala sesuatu yang ada di sekelilingmu”. Kini, aku harus menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal segenap jiwaku menjadi milik orang lain. Katakan kepadaku, kasih, mana di antara kita yang lebih dimabuk cinta, engkau ataukah aku?")

Palembang,
23/02/2012


25. Hanna Yohana(Hong Kong)


Miladmu Luluk Andrayani

Tak pelak!
Wajahmu terkunyah usia
Cantikmu mendekap tua
Bersyukurlah!
Sebelum matimu ada

Selamat ulang tahun!

23/02/12

26. Arsyad Indradi (Banjarbaru)

Kisah Kasih Kado Mimpi
: Rini Intama-Astry Anjani-Luluk Andrayani

Beranjak tidur kalian rajin menanam aneka bunga di ranjang
Di dalam mimpi tumbuh subur dan bermekaran mewangi
Tidak biasanya aku melupakan setiap lembar kalender berganti sebelum tidur
Mimpiku sungguh tak nyaman

Entah apa begitu membuka jendela mimpi
Harum siapakah gerangan
Di angin mendesir

Di taman kalian meronce dendang bunga
Bulan dan bintang itu bagai kumbang dan kupukupu bergayut di tangkaitangkainya
Kalian riang bekejaran di hatiku o februari

Mimpimimpi kita tanpa sangsi demikian dendang itu
Di lapislapis cakrawala
Milad cinta

kssb, 2012


27. Arya Dwipangga

Renungan
Untuk Luluk Andrayani

Hidup hanya menunggu mati
Andrayani
Jika kamis hari 23 bulan kedua 23 tahun lalu
Kau begitu ayu
dan orang-orang tertawa menyambutmu
maka tersenyumlah untuk matimu sendiri
dan biarkanlah mereka menangis
mengais sisa-sisamu

230212

28. Astry Anjani

SEPUTIK DO’A
: Luluk Andrayani

Sayup kudengar lantunan tembang
Dari para gembala katakata
Ini hari ada seputik kembang
Mekar di antara rimbun kenari

Namun ada kelopak luruh rupanya
Jatuh meratap tak hendak mewarta
Di antara seribu kebahagiaan
Ada setetes nila di antaranya

Lalu degub debur menjaring do’a
Bersijingkat membasuh malam
Ada harap mekar di kelopak mawar
Sebelum hujan februari menghapus jejak

Hongkong, 23/02/12

29. Dewi Kelana

Bintang Tuk Luluk Andrayani

satu satu kupetik bintang
kurangkai pada cawan kristal
bingkisan kasih, untukmu

pasang di retina, adikku
pada dada kirimu
di kening
dan dahi

gemerlap
di nyata dan mimpimu
dalam CahayaNya

probolinggo, 23/02/2012

30. Muhammad Rois Rinaldi (Cilegon)

SELALU ADA YANG KAU PUNYA
Kepada Luluk Andrayani

dekaplah gambaran diri, meski kusam, di seberang tanah lapang nan gersang
selalu ada seruang keteduhan jika kau hendak menepi, menghirup udara juga wewangian kembang lili yang kerap kau rangkai dalam angan, bukankah senantiasa bermekaran di hatimu?

sudah berapa lama kau tak mendengar dongeng tentang tangga menuju surga, setelah terbang ke negeri yang asing segalanya? di gumpalan awan jejak sayapmu mengabarkan tentang pertikaian, tentang keharuan, tentang kebaruan dan kau masih terus terbang, menyibak celah dunia, di mana tempat terakhir kau akan hinggap?

jangan menangis lagi sayang, di sudut ladang ada yang harus kau tanami, benih-benih cinta akan tumbuh dan berbuah, kini tahun telah berganti, langit-langit yang menjulang itu masih menanti, kau terbang dan menang.

CILEGON-BANTEN
23-02-2012

Catatan:
Adalah sebuah kerinduan saat membaca puisipuisi yang didedikasikan kepada saya saat menikmati berkurangnya jatah umur. Disana doadoa terus meluncur, seperti sebuah peluru yang ditembakan menuju sasaran. Dalam umur yang keduapuluh tiga sebenarnya ada sesuatu yang begitu sangat ingin saya laksanakan yaitu mengakhiri masa lajang, namun apa daya Tuhan belum memberikan waktunya kepada saya. Puisi ini adalah hadiah yang terindah sampai kapanpun dan dimanapun saya menginjakan kaki.

Terima kasih sebanyakbanyaknya terhadap anggota Grup Bengkel Puisi Swadaya Mandiri.

Kamis, 22 Agustus 2013

Antologi Puisi Ketika Wanita Bicara


 Telah terbit kumpulan (antologi) puisi karya Buruh Migran yang kali ini bekerja sama dengan AG Publishing.
 
 
 Judul: KETIKA WANITA BICARA
Penulis: Tiana Hidayat, Lintang Panjer Sore, dkk
Tebal: 120 Halaman
ISBN: 978-602-7692-54-1
Harga:
  • IDR 30.000 (Belum Ongkir)
  • HKD

Untuk Pemesanan Ketik:
KWB#Nama Lengkap#Alamat Lengkap#Jumlah#No. Telp
Kirim ke 0878-260000-53

"Jangan pernah sepelekan kaum Hawa ! Apatah lagi bila mereka sudah menarikan puisi-puisi di depan matamu, mata-mata pena itu yakinlah bakal menggoresi jiwamu dalam - dalam. Tak percaya, buktikan dengan menghayati puisi-puisi dalam buku ini" (DENNI MEILIZON, Penyair, Penikmat Sastra dan Pegiat Literasi)
 
 
“Kupuja cinta bersama mimpi Laila Majnun
Namun tak ingin larut di kedalaman cintamu
Dapatkah kau bijaksana laksana Lukman?”
Bunyi salah satu penggalan puisi di dalam buku ini. Kata-kata disajikan dalam seni literasi yang indah, makna-makna dirajut menjadi falsafah hidup yang dalam. Buku ini mampu menjadi cermin yang mewakili keindahan literasi dan kekuatan falsafah hidup. (NAQIB NAJAH, professional writer, author of Sidomi News, creator of Aquarich Media)
 
 
 "Ingin tahu apa yang diinginkan wanita? Temukan jawabannya di buku ini."
(BAGUS Y. HIDAYAT, CEO AGPressindo Group)

Rabu, 21 Agustus 2013

(PUISI) MONOLOG TANDA SERU

MONOLOG TANDA SERU
: dari ibu

ini adalah jawab nak, setelah matahari bulan bumi
bertemu pada titik yang disebut gerhana
perang dimulai dengan membeberkan mitos-mitos tanpa cahaya
dan debar terus mencari keberadaan garis tegak lurus
serta hitamputih angin

tahukah kau nak tentang kisah laut lepas meluas saat itu
asinnya mengalir di raga dan pecah gelombang menganak dalam muara
jawab itu juga ada di sana
maka karang dan ombak tanamkan tepat
dan petik

juga pada segitiga samasisi itu nak
jangan lupa mengeratkaitkan sudutnya
adalah kunci segala tanya terhadap kemerdekaan jati pencarian


mos1212la

Rabu, 17 Juli 2013

FAKSI BERSAMBUNG



KESAKSIAN LAMPU NEON DAN TONG SAMPAH
DI POJOK VICTORIA PARK
 


Seperti biasa, bila hari Minggu tiba, saya dan temanteman satu markas berkumpul dan lesehan untuk menggelar buku di bawah jembatan layang sebelah kiri Victoria Park, Causeway Bay, Hong Kong. Ini adalah rutinitas kami sebagai Buruh Migran Indonesia di hari libur.

Pagi hari ini pun kami memulai aktifitas yang sama. Dari membongkar buku yang dipinjamkan kepada temanteman seperantauan yang mempunyai hobi membaca sampai ngobrol ngalor ngidul seputar karya dan buku yang baru kami terbitkan.

Di tengah kesibukan masingmasing, ada seorang teman anggota markas, sebut saja namanya Lia, mencoba mengajak saya ngobrol.

"Luk, saya sudah putus dengan si Agung," Lia berkata dengan cepat sehingga membuat saya tersentak. Saya amati saja wajahnya, tidak ada sebentuk kesedihan di sana, yang ada justru wajah sumringah penuh senyum.

"Kenapa Mbak?" tanyaku purapura bego. Padahal seingat saya, dulu Lia bilang bahwa Lia dan Agung mau mengadakan antologi bersama untuk mengabadikan hubungan mereka.

"Tidak ada apaapa, putus ya putus," jawab Lia sambil tertawa. "Tetapi sekarang saya sudah menemukan pengganti yang super, dia lebih ganteng, lebih mengerti agama, pokoknya super deh. Dan saya merasa nyaman bersandar di dadanya."

Jleb... jantung ini seakan melompat, semudah itukah cinta, ketika yang satu putus, yang lain dengan mudah menggantikannya. Saya terbengongbengong.

"Siapa sih Mbak si pengganti itu? Kelihatannya wah banget."

"Pokoknya nanti kamu akan tahu, biasa dech, kubuat kamu penasaran, Luk."

Hari semakin panas, tidak ada waktu dan tempat di otak untuk memikirkan orang lain, saya memilih untuk cuek bebek dan tidak peduli.  Dengan kepercayaan diri, saya mencoba membuka laptop yang sedari tadi terbiar begitu saja. Belum sampai setengah jam, tibatiba Lia yang sedari tadi menelepon seseorang menyodorkan hapenya kepada saya.

"Siapa?"

"Seseorang, mau bicara denganmu."

Saya terima hape itu dan mengucap salam. Diujung sana terdengar suara lakilaki yang sedang tertawa renyah. Dia berbasabasi dan ingin berkenalan dengan saya. Tetapi anehnya dia sudah tahu nama saya.

"Ini siapa ya?"

"Ini Luluk kan? Luluk yang rumahnya Trenggalek itu?"

"Betul, kamu siapa?"

"Ah, begitu ya, kalau sukses di rantauan, lupa sama orang sekotanya sendiri." Siapa? Saya tidak pernah kenal dengan orang dari Trenggalek. Apalagi seorang lakilaki.

"Siapa sih?"

"Siapa yang kemarin kamu bilang sebagai pemberontak? Masak lupa?"

"Ah, Mas Anton ya?" saya baru ingat kalau seminggu yang lalu habis bentrok di sebuah group sastra, sebab Anton mem-posting sebuah puisi yang bukan puisi dengan menjungkirbalikan licentia poetica. Di ujung sana masih terdengar suara yang terkekehkekeh membenarkan ingatan saya.


"Owh jadi sampeyan tha, pacar barunya Mbak Lia?" kembali saya buka percakapan.

"Ya begitulah!" jawab Anton senang.

"Apa motifmu memacari Mbak Lia, Mas? Setahu saya, anak Trenggalek itu ya begitubegitu saja." Saya meragukan ketulusan "cinta" sebab ada salah satu penjahat facebook  dari Trenggalek dan kebetulan tetangga saya sendiri yang tidak segansegan memloroti kepunyaan buruh migran.

"Tidak ada motif kok, Luk. Tenang saja!"

"Tetapi saya tidak mau nama Trenggalek menjadi lebih buruk lagi dan saya juga tidak mau teman saya menjadi korban," kesabaran saya sudah mulai menghilang.

"Hahahaha, bicara apa sih kamu Luk?"

"Kamu sendiri pun punya anak dan istri, Mas Anton, ingatlah!"

"Anak dan istri? Saya tidak bahagia dengan istri saya, lagi ada masalah."

"Lantas dengan adanya masalah itu, kamu bukan memperbaiki malah selingkuh."

"Kamu belum tahu saya, Luk!"

"Ya sudah, terserah kamu. Tetapi awas jangan sampai mencemarkan lagi nama Trenggalek! Wasalam!"

Buruburu saya kembalikan telepon itu kepada Lia dan mengeratkan gigi hingga suara gemeletuknya terdengar. Jni adalah pertanda emosi saya lagi memuncak.

***

Hari berlalu begitu cepat, menyeret saya untuk kembali menjalani kewajiban sebagai babu. Membawa pulang segudang tanya ke rumah majikan. Setelah menyelesaikan ritual malam (merebus air, mandi dan sembahyang) saya langsung kabur menuju pulau kapas. Melayarkan segala beban di pulau ini. Tetapi mata tak mau terpejam, jika hal ini terjadi hape adalah teman setia, mengantarkan imajinasi saya menuju dunia maya. 

Di facebook inbox, banyak sekali yang masuk, salah satunya milik Anton, iseng dia menanyakan kabar. Ah, tetapi mengingat kejadian siang tadi sungguh memukulku padahal saya pernah berikrar dengan dia untuk memajukan kesusasteraan di Trenggalek, sebab dialah satusatunya orang yang saya kenal yang berasal dari sana. Namun, semua harapan itu terkubur oleh perselingkuhannya.

Malam ini juga saya meminta penjelasan Anton bahwa dia tidak sedang selingkuh dan saya memintanya untuk tidak selingkuh, mengingat dia masih punya tanggungan, anak dan istri. Tetapi jawaban bukan meredam ledakan emosiku, justru memperparahnya.

Anton: "Kamu tidak tahu siapa saya, Luk. Ini saya lakukan juga demi istri dan anak saya."

Saya: "Tetapi bagaimana kalau istrimu tahu, hormatilah dan hargailah dia! Juga jangan selingkuh demi anakmu. Bagaimana perasaan anakmu jika tahu bapaknya seperti ini?"

Anton: "Kamu tidak tahu saya, Luk, bapak saya saja juga kawin cerai, kawin cerai, sampai berberapa kali. Saya ingin balas dendam terhadap hal itu."


Degh... astagfirullahaladzim! Ya Allah beginikah orang yang ingin saya percaya dan jadikan panutan itu, hatiku perih. Lalu saya tuliskan di layar hp dengan tangan gemetar.

Saya: "Mas Anton, ketahuilah meskipun dalam Islam hukum karma itu tidak ada, tetapi sebabakibat dan pembalasan itu nyata adanya. Kalau kamu tidak mengubahnya, tidak akan ada yang mampu mengubahnya. Jadi secara tidak langsung karma itu ada. Jika kita tidak memutusnya sekarang, hal itu akan terus berkelanjutan, sampai kapanpun."

Anton: "Kamu tidak tahu saya, Luk, bagaimana saya dan apa perasaan saya."

Saya: "Saya tahu, saya telah ditinggalkan oleh seorang bapak sejak kecil. Jadi saya tahu bagaimana perasaan seorang anak, saya di sini mengingakan kamu di pihak anak kamu, Mas Anton. Sehatusnya kamu juga paham bagaimana nanti perasaan anak kamu. Apakah kamu mau anak kamu menderita seperti kamu?"

Saya menunggu lama tidak ada lagi balasan, kemudian saya tuliskan lagi.

Saya: "Dan perlu kamu ingat Mas Anton, saya tidak akan membiarkan Trenggalek menjadi sarang dan sasaran keburukan. Kalau sampai hal itu kamu letupkan,  saya tidak segansegan menjatuhkan kamu. Sebab saya ingin            citra buruk tentang Trenggalek tidak berkelanjutan, saya ingin berjuang demi Trenggalek. Ingat itu!"

Selepas itu tidak ada balasan lagi, dan saya pun tidak mau tahu. Ada hal yang lebih penting yang harus saya kerjakan, yaitu penyelesaian antologi kedua saya. Saya harus memicingi hape, mengedit puisipuisi yang bertebaran di dalam online drive, memilah dan memilih puisi mana dan mana yang harus saya terbitkan nanti. Satu kata kunci "kualitas" yang harus saya utamakan bukan kuantitas.

Sebagai akhir dari aktifitas dan pengantar tidur, saya menuliskan sebuah status di dinding facebook :

"Karma itu tidak ada dalam Islam, tetapi sebab akibat dan pembalasan itu ada. Maka berhatihatilah dengan kelakuan kita. Siapa yang menanam pasti akan menuainya. Jangan sampai karma itu berkelanjutan sampai keturunan atau anakcucu. Kalau bisa putuskan karma itu sesegera mungkin. Ingatlah bagaimana derita kita, jangan sampai anakcucu kita merasakan derita yang kita rasakan ini."

***

"Luk, kamu ikut antologi puisi "K" tidak?" tanya De padaku.

"Antologi mana lagi tuh, De?"

"Masa kamu ga tahu, lawong yang mengadakan itu teman satu kabupaten denganqmu gitu lho?"

"Siapa?"

"Anton dan Lia di group sebelah!"

"Wow... mereka tha? Noway De, lagian saya masih harus mempersiapkan antologi duet yang ini kok." Saya tersenyum melihat ekspresi Dea. Lalu dia mengangguk. Tetapi dalam matanya tersimpan satu pertanyaan yang ragu untuk diucapkan.

Tibatiba Ayu dan Adin mengahampiri saya dan De yang termanggu.

"De, saya sudah keluar dari group  itu, saya tidak tahan melihat kelakuan Anton dan Lia. Saya juga tidak jadi ikut antologi," suara cemprang Ayu menguatkan dugaan saya.

"Saya juga telah menarik semua karya yang telah saya masukan." Adin menimpali dengan mata sembab.

"Lho ini apa-apaan kok kalian keluar dan malah mencabut semua karya yang akan diterbitkan? Ada masalah apa lagi?" saya mencoba menyelidiki.

"Kamu di group "K" tidak sih Luk?" tanya Dea.

"Tidak masuk kok. Group mana dan kenapa?"

"Dulu group itu kita yang buat Luk, saya, Adin dan Dea, tujuannya adalah untuk belajar mendalami puisi. Tetapi tibatiba group itu diambil alih seseorang. Malah sekarang dipakai untuk selingkuh lagi.  Saya terpaksa relakan dan keluar. Meski nantinya nama buku kita juga direbut oleh mereka," Ayu menjelaskan.

"Tahu tidak padahal Mas Anton juga punya anak dan istri. Mbak Lia juga punya tanggungan. Tetapi diinggatkan mereka malah menentang habishabisan," tambah Ayu.

Wah kenapa pagi ini? bisik hatiku. Ah, ternyata bukan hanya saya saja yang tahu, member group sebelah pun tahu tentang perselingkuhan Mbak Lia dan Mas Anton. Duh Gusti Allah!

Saya menepi, memadamkan api kebencian yang membara. Bersandar di tiang lampu neon dan menghadap tong sampah. Lalu membuka facebok dari handphone butut. Saya telusuri semua laporan yang masuk. Ternyata status yang mampir di beranda adalah milik teman saya yang           sekarang ini tengah meletupkan emosi juga.

Mengingat status saya minggu lalu, saya pun jadi geram. Memang di sini saya dan temanteman masih belum berkeluarga jadi tidak tahu bagaimana permasalahan dalam rumah tangga. Saya pribadi ingin belajar dengan dan dari orang yang lebih tahu. Namun saat kami menemukan seseorang yang kami anggap mampu mengajari, justru dianya berkelakuan bejat. Tidak bisa diharapkan.

Kembali saya ingin mencoba menuliskan sebuah unekunek yang berjejalan di kepala saya. Tetapi belum sampai terkirim, tiba tiba Ayu menjerit memanggil saya.

"Luk, lihat inbox Anton ini!"

Saya terima handphone itu. Saya baca tulisan yang berderet di sana. Tulisan itu membuatku tertegun sambil mengenang apa kesalahan yang pernah saya lakukan. Tetapi tidak ada, saya hanya mengingatkan tetapi mengapa justru nama saya diharamkan olehnya untuk disebut. Sampai seperti itukah?








(bersambung)

Minggu, 16 Juni 2013

Esai Apresiatif Puisi Fazis Ar

Menuaikan Kewajiban seperti Mengisi TekaTeki Silang



Kehidupan memang penuh misteri, tidak akan pernah ada yang tahu apa yang "akan terjadi". Namun manusia begitu sibuk meraba dan meramalkan bahkan ada yang nekat pergi ke orang pintar hanya untuk mengetahui “masa depan”  atau sesuatu yang akan  terjadi tersebut. Bahkan ada yang percaya dengan ramalan perbintangan—hal yang termutakhir masa kini, jika sebuah majalah, koran atau media lain mempublikasikannya, manusia akan sibuk menbacanya lalu mengeratkaitkan dengan kehidupan yang akan datang tersebut. Hal ini sudah menjadi sebuah kelaziman, meskipun dalam Islam diharamkan.  Dan entah mengapa begitu mudahnya kita—manusia—terpedaya.

Ramalan dalam menjadi trend masa kini, mungkin hal ini disebabkan bahwa manusia begitu tergesa-gesa ingin mengetahui apa yang seharusnya belum waktunya, untuk jaga-jaga, mungkin begitu. Namun yang namanya rahasia Allah SWT, tetaplah menjadi rahasia dan jika Allah telah menetapkannya maka tidak akan ada yang mampu mencegahnya. Begitu pula sebaliknya.

Manusia juga tidak pernah puas akan apa yang telah diraihnya selama ini, selalu ingin lebih dan lebih. Sebab nafsu selalu saja menjadi lawan yang paling berbahaya. Melihat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sekarang ini tentang kehidupan yang bermisteri (takdir) puisi pun akan menjadi tempat untuk mengabadikannya. Salah satunya adalah puisi berikut. Puisi yang memetaforakan kehidupan sebagai teka-teki silang, yang berisi kotak-kotak kosong, tegak lurus dan harus diisi.


Silang Kata Kehidupan


han...!
kehidupan yang kulalui umpama
mengisi teka-teki silang kata
mencari huruf-huruf diri
untuk kupenuhi petak-petak
melintang dan menegak

han...!
pada petak-petak pertemuan
melintang dan menegak itu
aku harus mencari sepuntung abjad keramat
untuk kuhidupkan jalan mengisi petak-petak yang menanti
meneruskan kembaraku yang kosong
mengisi dengan
huruf-huruf yang kadang-kadang
aku sendiri tidak pernah mengerti

han...!
jalan semakin panjang
digit-digit hidup kian meningkat
sementara petak-petak kosong masih menanti
aku di laluan dalam pencarian diri
destinasi yang kian hampir!
hanya doa kudus
padaMu tuhan...

han...!
sesungguhnya benar...
kehidupan adalah umpama
sebuah perjalanan yang sementara
dalam masa yang sama
kita harus mengisi petak-petak kosong
dalam teka-teki silang kata
yang belum tentu dapat kau siapkan

han...!
begitulah adanya...
mahu kuulangi peringatan ini padamu
sekali lagi...?

15.6.10

Teka-teki silang yang kita kenal adalah ajang asah otak, dimana kita dituntut untuk mampu mengisi kekosongank kotak-kotaknya. Jawaban sudah tersedia namun semua itu tergantung kepada kita, seberapa kaya kosakata yang kita miliki. Begitu pula kehidupan, sebenarnya kita mampu mengisi setiap kekosongan yang ada dalam hidup kita, namun hal itu tentu saja sesuai dengan pengalaman dan kemampuan kita masing-masing. Mungkin yang telah kenyang makan garam, kotakkotak kosong yang tegak lurus itu akan terisi hampir penuh, begitu sebaliknya. Juga akan ada tingkatan keaulitan yang dihadapi, anakanak akan beda dengan orang dewasa.

Lantas dengan apakah kita harus mengisi kekosongan yang ada dalam kehidupan kita? Tentu saja jawabnya adalah kewajiban kita sebagai manusia. Kewajiban manusia itu sendirilah yang dijelaskan dalam puisi ini. Kotak-kotak melintang dan menegak di sini melambangkan hubungan manusia, yaitu  manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia  serta manusia dengan alam sekitar.

Puisi ini secara harfiah terdiri atas lima bait yang masing-masing diawali dengan kata berelipsis "han...!". Berupa monolog yang ditujukan kepada lirik "han". Siapakah "han" yang dimaksud penulis dalam puisi ini. Beberapa kemungkinan berkecamuk di benak saya, tetapi hal yang paling mungkin adalah panggilan untuk orang yang tersayang yaitu manusia. Sebab jika menilik judulnya yang memiliki persilangan kehidupan dan yang paling runyam adalah manusia.

Pada bait pertama, seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, puisi ini memang mengacu kepada  kehidupan yang seperti teka-teki dan manusia diwajibkan untuk mengisi kekosongan tersebut, baik melintang maupun menegak. Dalam bait ini menunjukan adanya usaha, yang merupakan kewajiban pertama manusia.

Bait kedua menjelaskan bahwa diantara pertanyaan atau peristiwa yang kita lalui, akan ada kaitannya bahkan berkaitan satu sama lain, sehingga kita harus pandai-pandai memilih dan memilah, mana yang baik dan mana yang buruk. Begitu pula perjalanan hidup kita, kadang kita berada dalam sebuah persimpangan yang dimana jalan lain pernah kita lewati, dan kita menghadapi masalah atau peristiwa serupa maka kita akan mengambil cara yang dulu kita gunakan untuk menyelesaikan masalah kita saat ini. Dan sememangnya kehidupan selalu berkaitan peristiwanya dan selalu berulangulang jika saja kita mampu mengkilasbalikkan, namun kadang kita sebagai manusia punya penyakit "lupa".

Pada bait ketiga, disini menjelaskan bahwa selain kita mampu berusaha untuk mengisi, kita juga harus berdoa, yang merupakan kewajiban manusia disamping berusaha. Sebab jalan kehidupan selalu panjang dan setiap saat bisa berhenti sesuai kehendak Tuhan.

Bait selanjutnya menyatakan bahwa kehidupan di dunia adalah sementara, dan memang demikian adanya, bahkan diibaratkan hidup di dunia itu hanya singgah untuk minum (mampir ngombe; Bahasa Jawa). Sehingga apapun yang terjadi kita harus selalu berusaha untuk mengisi kekosongan hidup ini dengan sebaik-baiknya. Seperti kata bijak, berusahalah seperti engkau akan hidup selamanya dan berdoalah seperti engkau akan mati esok hari.

Bait terakhir berupa penyerahan diri. Yaitu setelah kita berusaha, berdoa dan kewajiban manusia yang terakhir adalah tawakal atau berserah diri. Di sinilah akhir dari segalanya, takdir Tuhan berlaku. Jika manusia telah berusaha sekuat tenaga, berdoa sekhusyuk mungkin namun Kuasa dan Kehendak Tuhanlah yang menentukan segalanya.

Inilah silang kata kehidupan atau perkara yang dialami manusia untuk menentukan kehidupan. Berusaha, berdoa dan tawakal itu wajib meskipun hasilnya belum kita ketahui secara mutlak.

Akan tetapi apakah isi dari elipsis di bait terakhir baris kedua dan terkhir? Di sini saya sempat menyerngitkan dahi, sebab mungkin artinya tidak akan sama dengan elipsiselipsis yang di awal setiap bait. Jika elipsis tersebut mengacu kepada sesuatu yang tidak bisa dilisankan, apakah hal itu? mungkin elipsis ini menurut kaca mata saya bisa dihilangkan, sebab tidak ada gunanya melainkan hanya untul mempermanis saja.

Secara keseluruhan puisi ini mengingatkan kita tentang kewajiban kita sebagai manusia, baik itu individu dan sosial. Baik itu kewajiban kepada sesama, alam maupun Tuhan, agar tercipta keselarasan dan keseimbangan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Selasa, 28 Mei 2013

TRAGEDI OKTOBER



TRAGEDI OKTOBER
Oleh: Luluk Andrayani



"Mak, aku mau pergi ke luar negeri cari uang." Kata itu terlempar begitu saja dari mulut Ratna suatu senja, kata itu juga yang membuat seluruh isi rumah kaget. Ibu dan suaminya hanya bisa saling pandang. Ibunya mencoba menasehatinya namun tidak bisa melunturkan niat yang telah bulat di hati Ratna. Suami dan anaknya pun tidak bisa lagi menghalanginya. Meskipun bisa dikatakan hidup mereka sudah cukup. Tapi entah apa yang bersarang di otak Ratna waktu itu.

Dengan berbekal sehelai harapan Ratna menyusuri lorong-lorong kehidupan yang keras. Negeri Beton, Hong Kong, adalah tujuannya. Setelah mengurus seluk-beluk persyaratan kerja di luar negeri, Ratna belajar memahami bahasa Kantonis sambil menunggu visa kerjanya jadi. Hari yang dinanti telah tiba, tepat mengawali bulan Oktober tahun 2010. Menggenapai pula umurnya menuju 25 tahun, Ratna meninggalkan kampung halaman juga negeri tumpah darahnya sendiri, serta orang-orang yang dicintainya.

Pada awal tiba di Hong Kong pola hidup Ratna biasa-biasa saja. Dandan juga biasa. Namun disebabkan orang China tidak bisa atau tidak fasih dalam melafadkan huruf "r", Ratna dipanggil Anna oleh majikannya, hanya ini yang berubah. Beruntunglah Ratna, sebab majikannya termasuk majikan yang baik, tidak terlalu cerewet dan dia berhak mendapatkan libur rutin Minggu dan libur umum. Dengan begitu Ratna bisa  berkenalan dengan  orang-orang yang bekerja menjadi buruh migran sepertinya. Salah satunya Mika, teman satu flat juga satu kampungnya. Awalnya Mika banyak membantu Ratna untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya itu. Pergi ke pasar atau liburan selalu bersama.

Ratna dan Mika sering bertukar pikiran jika ada masalah-masalah yang terjadi, baik itu masalah keluarga yang di kampung atau juga masalah dengan majikan. Namun, lambat laun perangai Ratna berubah, itu terjadi setelah Ratna berkenalan dengan lelaki Pakistan yang bernama Raj. Dia lupa segalanya. Bahkan anak dan kekuarga yang selalu merindukannya pun terlupakan.

Mika, sebagai teman yang telah lama dan tahu bagaimana kerasnya kehidupan buruh migran Hong Kong, mencoba untuk menyadarkan agar jangan sampai dia terjerumus ke dalam lingkaran hitam.

"Na, ingatlah tujuan kita semula ke sini. Jangan terpengaruh rayuan gombal lelaki brengsek di sini."

"Yang ini beda, Mbak Mika, dia baik kok. Lagian kita cuma berteman saja. Jadi tidak apa-apa kan?"

"Awalnya memang begitu, Ratna, kamu ini meskipun sudah punya anak, tapi tubuhmu masih membuat ngiler lelaki-lelaki kesepian seperti mereka. Apalagi wajahmu kamu lumayan cantik juga. Sayang kan kalau kamu dirusak oleh mereka. Ingat anak, ibu dan suamimu di kampung." Mika panjang lebar mencoba menasehati. Namun semua itu dimentahkan begitu saja oleh Ratna.

Hari Minggu yang cerah, Ratna berdandan super sexy dengan memakai rok mini yang panjangnya hanya menutupi paha atasnya dan sepatu hak 15 cm, dia berjalan gontai. Mika hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

“Hati-hati saja Ratna!” pesan Mika.

***

“Hei, Ratna, ngapain pagi-pagi sudah melamun di situ?” Tanya Mika. Ratna hanya diam, airmatanya meleleh. “Ehh… kok malah nangis di sini? Emang nggak keluar ama bojomu ya?”

Ratna hanya menggeleng. Merasa prihatin dengan teman satunya ini Mika hanya bisa duduk di sebelah Ratna tanpa banyak tanya lagi. Dia hanya menyodorkan satu pak tissue kepada Ratna. Tidak berselang lama tangis Ratna mereda.

“Mbak Mika aku harus bagaimana?”

“Ada apa sebenarnya? Apa Raj memutuskanmu. Lebih baik putus to, daripada diterusin kamu kan masih ada anak dan suami yang sah di rumah. Lagian ngapain kamu ngejar-ngejar orang yang tidak jelas asal-usulnya?”

“Bukan itu Mbak, dengan Raj aku sudah lama putus, tapi…” kali ini tangisnya semakin menjadi. Mika kebingungan mengapa Ratna sampai seperti itu. Mika tak kalah heran melihat perangai Ratna yang berubah menjadi cengeng, tidak seperti biasanya.

“Kenapa? Diinterminit ya?” yang ditanya hanya menggelengkan kepala. Mika semakin kebingungan, interminit bukan, putus cinta bukan, lantas apa yang membuat Ratna menangis seperti ini.

***

Mak, aku pulang!” seru Ratna di depan pintu. Dia heran mengapa di rumahnya banyak sekali orang berdatangan. Tak seorang pun menyapanya. Ada hajat apakah di rumah? Anaknya masih berumur tujuh tahun, kalau mau dikhitan mengapa ibu atau suaminya  tidak mengirimkan SMS kepadanya? Pikirannya melayang-layang.

Tetapi alangkah terkejut, ketika Ratna melihat sesosok tubuh yang terbujur di ruang tamu. Dia mendekati ibunya dan bertanya. Namun ibunya hanya menangis, bahkan suaminya pun menangis. Mereka semua tidak menjawab.

Ketika kain penutup disibak, hatinya Ratna menjerit. Kepala mayat tersebut penuh jahitan, bahkan bisa dikatakan hancur hingga wajahnya tidak bisa dikenali. Siapakah dia pikir Ratna. Lalu dia mencoba mengingat-ingat. Namun Ratna hanya melihat wajah ibu dan suaminya yang penuh kepasrahan.

“Anakku, di mana anakku?” teriak Ratna histeris. Dia berlari-lari mencari anaknya, namun tidak di mana-mana tidak ada. “Nak, Ibu sudah pulang, Nak, kamu ada di mana? Jangan tinggalkan ibu, maafkan ibu, Nak!”

Ratna berlari dan terus berlari. Tubuhnya serasa ringan, seperti melayang-layang. Lalu dia tersungkur dan menemukan sebuah nisan yang terukir namanya.

Bruaakkkkkkkkkkkk!” suara bus menabrak sesuatu yang terjatuh dari jembatan penyebrangan di atas jalan itu. Semua di dalam bus orang terpekik kaget. Seorang wanita meloncat dari jembatan. Supir bus juga terkaget dan dia terlambat mengehentikan busnya, sehingga wanita itu terlindas ban setelah jatuh di jalan.

Sirine ambulan meraung-raung mengantar jasad wanita tersebut ke rumah sakit setempat. Nyawanya pun tak tertolong sebab kepalanya remuk terlindas bus. Di ujung lorong rumah sakit itu, seorang wanita duduk gemetaran. Wajahnya pucat pasi dan penuh tanda tanya, seakan dia tidak percaya akan apa yang baru saja dilihatnya.

Are you her friend?” tanya seorang wanita yang berseragam polisi di rumah sakit tersebut.

“Yes, Miss!” jawabnya gemetaran.

"What is your name?"

"Mika."

“Okey, Mika, can you tell me, what happen before?”  polisi itu mulai mengintrogasi.

Mika dengan gemetaran menceritakan tentang kejadian hati itu waktu mau belanja ke pasar dan hal yang diketahuinya tentang Ratna sampai saat mereka berjalan di atas jembatan dan tanpa bisa dicegah Ratna berlari dan meloncat dari jembatan penyeberangan itu. Mika memang saksi utama yang menyaksikan dengan mata kepala bagaimana keadaan Ratna dari awal mereka bersama sampai Ratna mengakhiri hidupnya. Mika  jugalah mengurus keperluan Ratna sampai jasadnya dipulangkan.

Setelah hasil autopsy keluar, Mika terhenyak dan kaget bukan kepalang. Ternyata Ratna menyimpan rahasia, di dalam kandungannya ada anak yang berumur tiga bulan. Inikah sebab kamu mengakhiri hidup Ratna? Tapi tanggunganmu di akhirat lebih berat daripada tanggunganmu di dunia ini. Kamu belum bertaubat atas zina yang kamu lakukan, ditambah lagi mengambil paksa dua nyawa sekaligus, nyawamu dan nyawa anakmu yang tidak berdosa. Kalau kamu mendengar apa yang kunasihatkan kepadamu dulu…, ah… tapi kuasa dan kehendak Tuhan siapa yang bisa mengahalaninya?

Mika juga dimintai majikan Ratna untuk membereskan pakaian dan barang Ratna untuk dikirim pulang ke kampung. Tanpa sengaja Mika menemukan buku diary Ratna dalam tas Ratna yang dipakai hari libur kemarin dipakai bersamanya. Mika terhenyak seketika melihat deretan tulisan yang tertulis di atas buku itu pada bagian:

“MALAM LAKNAT, DUNIA SEAKAN KIAMAT
20 Juli 2012

Tadi malam, sehabis aku menyelesaikan pekerjaanku di dapur, seperti biasa aku selalu menanyai majikanku yang perempuan apakah dia perlu sesuatu atau perlu ke toilet. Sebab dia tidak bisa berjalan sendiri. Tubuhnya mati sebelah tanpa sebab sejak sepuluh tahun yang lalu. Tapi dia bilang dia tidak perlu apa-apa. Majikanku yang laki-laki belum pulang, aku terpaksa menunggunya sampai dia pulang. Jam dinding telah menunjukkan pukul 12.00 malam. Tiba-tiba bel berbunyi. Itu pasti majikanku, memang benar. Sialnya majikanku dalam keadaan mabuk berat. Tanpa ba bi bu dia menyeruduk ke dalam rumah dan memelukku dengan erat. Aku meronta sekuat tenaga namun tidak mampu, cengkeraman tangan majikanku lebih kuat. Tidak ada sesiapapun yang menolongku. Lalu dengan paksa dia melucuti pakaianku. Tanganku menggapai-gapai untuk mencari benda yang bisa aku buat memukulnya namun tidak ada. Dan terjadilah hal yang tidak aku inginkan. Majikanku perempuan mendengarnya namun dia tidak bisa apa-apa.

21 Juli 2012
Sudah dua hari ini aku tidak bekerja. Seluruh tubuhku seakan rontok, hatiku hancur. Kesucianku ternodai. Aku bukan pelacur.

Kemarin majikanku merenggek-renggek dia akan memberikan apapun dan berapapun yang kuminta kepadanya sebagai permintamaafan atas kejadian malam kemarin. Tapi dengan syarat aku harus menyelesaikan kontrak kerja dan tidak boleh menceritakan aib itu kepada orang lain. Ya hari ini aku mendapatkan uang HKD 100000 cash, sebagai uang penutup mulut. Aku terima dengan tanda tangan di atas materai yang disaksikan kuasa hukum setempat  dengan jaminan menutup rahasia itu. Sebab majikanku melakukan dengan tidak sengaja dan dalam keadaan tidak sadar. Sejak hari ini kehidupanku berubah total serba mewah. Gajiku pun naik menjadi HKD 5500 per bulan. Ya hanya sebatas itu yang bisa aku lakukan.

……

01 Oktober 2012
Hari ini adalah ulang tahunku yang keduapuluh tujuh. Aku mendapatkan hadiah yang sungguh tak terduga,  aku tidak menstruasi. Sebulan dua bulan kupikir kalau hanya telat biasa, sebab semenjak di Hong Kong saya jarang menstruasi. Tapi menginjak bulan ketiga hal ini sungguh mengejutkan aku merasa mual-mual setiap pagi, membau amis ikan selalu muntah padahal dulu tidak. Tuhan ada apa denganku? Bagaikan disambar petir. Dunia seakan berakhir. Padahal dulu dokter sudah memastikan bahwa tidak akan hamil dengan pembersihan rahim, tapi Tuhan berkehendak lain. Aku positif hamil bahkan telah berumur tiga bulan. Bagaimana ini? Dunia berputar-putar di hadapanku. Segala kecamuk bertabrakan di kepala. Apa yang harus aku lakukan?

……

Inikah Ratna yang kukenal itu? pekik Mika dalam hati. Aku sebagai sahabat selalu berprasangka buruk dengan kelakuanmu. Tapi hidup ini ternyata lebih rumit dari yang kubayangkan. Oktober tahun ini adalah ulang tahun Ratna sekaligus bulan yang penutup kehidupannya.


[MOS19102012LA]