Rabu, 05 Desember 2018

Batu Kesetiaan


BATU KESETIAAN
Oleh: Luluk Andrayani





Dita, begitulah dia dipanggil. Kegemarannya adalah menghirup angin hutan. Hal ini sudah melekat dan  tidak bisa dihilangkan sedari di tanah air, bahkan telah menumbuhkan semacam candu. Makanya saat berada di Negeri Beton yang jarang ditemukan hutan alami, candu itu semakin menggila dan memberontak. Dan bila candu itu sudah memuncak, dia akan kebingungan mencari teman untuk diajak ke hutan buatan atau naik gunung.

Seperti halnya minggu ini, Dita menghubungi temantemannya untuk diajak refreshing bersama. Sesuai dengan perjanjian teman Dita, Nila, Rika dan Cahya, akan menemaninya pergi ke Lion Rock Country Park.

SMS terus terkirim dari handphone Dita untuk mengingatkan temantemannya agar tidak terlambat. Sebab selain jalan-jalan mengobati kecaduannya, Dita juga ingin barbeque  alias bakaran sebagai menu sarapan mereka. Oleh sebab itu harus cepat datang dan memilih tungku agar bertempat di papan yang strategis.

Meskipun cuaca Hong Kong dingin, kira-kira pukul 09.00 pagi, Dita telah sampai di halte bus Lion Rock Tunnel, dan seperti biasa, dialah yang datang paling awal. Sementara menunggu teman-temannya dia melihat-lihat keadaan sekitar.Sekitar seperempat jam menunggu akhirnya datang juga semua temannya.

“Tumben hari ini kalian datang tepat waktu,” suara cempreng setengah mencibir dari Dita membuka percakapan.

“Yey, kapan sih kita tidak tepat waktu?Kalau telat nanti kamu ngedumel terus dan itu bibirmu bisa dikucir, Dit!” balas Nila cepat disusul tawa yang meledak.

“Ah!” Dita mengelak. Kemudian mereka semua terdiam dan melangkah menuju taman dengan hatihati, takut terpeleset. Sebab tamannya di lereng Gunung Singa (Si Ci San) maka jalan setapak berupa tangga.

***

Dingin, bisik Dita dalam hati.Dalam kehidupan ini memang ada beraneka macam lakon yang tergelar, entah tentang suka atau duka.Semua telah tercatat rapi di buku kehidupan yang misteri.Begitu juga tentang dingin dan perjalanan ini.Sembari menapaki tangga pikiran Dita melayanglayang tak tentu.

Ya beginilah kehidupan, lagilagi tentang hidup, saya tak bisa berpaling dari kesunyian.Saya ingin membunuh sunyi yang bersarang begitu saja di hati ini tetapi tak berdaya, berkalikali kalimat itu menghantui Dita jika hatinya dilanda kegundahan.

Cuaca berkabut ditambah angin bertiup kencang membuatnya harus berkalikali menggosokgosok telapak tangan.Selain itu juga harus hatihati sebab monyet liar berkeliaran yang kadang mengganggu para pengunjung.Di samping jauh tangga yang dilalui, kelihatan ada pemandangan yang unik dan asyik, meski tertutup kabut tipis Dita yakin itu adalah bukit yang menghadap laut.Dan dia pun ingat disanalah tempat Amah Rock berada.Tanpa perintah langkah pun dipercepat.Di saat langkahnya melampaui kecepatan biasa, dia tersandung batu dan terjatuh.Sesaat dia terlena, suasana menjadi hening.Dia toleh kanan kiri, tetapi tidak ada orang yang menolongnya, padahal temantemannya tadi berjalan di belakangnya.

“Ah, kenapa kakiku ini, terkilir kah?” batin Dita. Lalu dia mencoba berdiri, tetapi kakinya seperti tidak punya tenaga untuk menopang tubuhnya.Lalu dia mencoba teriak untuk minta tolong, tetapi hanya suaranya saja yang didengarnya.Tidak ada siapapun.Dikarenakan dia tidak bisa berjalan akhirnya dia ngesot untuk menepi dari jalan.Seingatnya, tempat ini adalah lokasi Amah Rock atau dalam bahasa China adalah Mong Fu Shek.

Secara bahasa Mong Fu Shek (望夫石) dapat diartikan sebagai batu yang memandang kepulangan suami (mong ~memandang, melihat; fu ~suami; shek ~batu).Batu ini terbentuk alami terletak di puncak bukit di barat daya Sha Tin, Hong Kong, persisnya berada di dalam Lion Rock Country Park. Tinggi batu itu adalah sekitar 15 meter, dan  terlihat seperti wanita yang membawa bayi di punggungnya.  Jika sedang melewati Lion Rock Tunnel, maka batu itu berdiri tepat di atas pintu masuk dan  menghadap ke Laut Sha Tin.

Menurut legenda setempat, wanita itu adalah istri setia dari seorang nelayan yang setiap hari membawa anaknya naik ke bukit untuk melihat  kepulangan suaminya dari melaut. Tetapi  suaminya itu telah tenggelam di laut dan tidak diketahui oleh wanita itu. Atas kesetiaannya, dia diubah menjadi batu oleh Dewi Laut agar jiwanya bersatu dengan jiwa suaminya. Legenda ini  sangat terkenal  di Hong Kong bahkan China.

Tetapi kali ini Dita merasakan kelainan tempat itu, dia tidak menemukan batu yang dimaksud padahal dia yakin itu adalah tempat Amah Rock berdiri.Sebab perjalanannya tadi ingin melihat batu itu dari dekat.Lalu dia mengambil peta, sambil meringis kesakitan sebab kakinya terkilir dia mengamati peta itu.Tidak salah.Tetapi kemana batu itu pergi, pikir Dita,seharusnya berada tepat di sini.

Cuaca semakin dingin membuat Dita menggigil, dia berusaha menghubungi temantemannya sebab dalam pikirannya mungkin temantemannya tadi sengaja bersembunyi untuk menggodanya.Dia mengeluarkan HP, tetapi sialnya tidak ada sedikitpun jaringan.

“Ah, kenapa ini, signal pun tidak ada? “ gerutu Dita.

Perasaan Dita semakin tidak menentu, sebab sejak dari tadi tidak ada seorang pun yang bisa dia mintai tolong.Bukan tidak mau menolong, tetapi memang tidak ada orang yang lalu lalang seperti tadi.Bahkan suara gaduh kera dan belalang pun tidak ada.

“Dimanakah saya ini? Bukankah ini masih di Lion Rock? Tetapi keman para pengunjung yang tadi lalu lalang?”

Dita semakin cemas sebab kakinya kini bengkak dan membiru.Kini dia berteriakteriak minta tolong.

***

Seorang wanita berjalan tergesagesa menuju ke bukit.Dia menggendong seorang bocah, seperti tak sabar ingin sampai, dia pun berlarilari. Ketika hampir sampai bukit, dia melihat seseorang duduk  disana. Wanita itu sangat berhatihati dan memandang curiga.Namun begitu dekat dia langsung menghaturkan sembah sujud pada seseorang itu.

“Oh, Dewi!Engaukah itu?” sapa wanita itu penuh kegirangan.“Ampunilah hamba.Kabar apakah yang Dewi bawa pada hamba hari ini? Bagaimanakah suami hamba yang malang itu Dewi? Kapan dia dapat kembali kepada hamba dan anak hamba Dewi?Hamba merindukannya, Dewi.”

Wanita yang disebut Dewi itu terkejut, “Maaf, Siu Cie. Saya bukanlah seorang Dewi.Saya saya pengunjung yang datang kemari untuk rekreasi.”

“Dewi, jangan terlalu lama menghukum kami Dewi!Ampuni kami, kembalikan suami hamba Dewi!”

“Nama saya Dita bukan Dewi, Siu Cie! Saya tidak tahu apa yang Siu Cie maksudkan, siapa suami dan siapa Siu Cie , saya tidak kenal! Maaf Siu Cie.” Dita mencoba menjelaskan.“Saya datang kesini untuk beristirahat, sebab kaki saya terkilir waktu berjalan tadi.”

“Ah, Dewi, maafkan hamba yang tidak tahu, kaki Dewi mana yang terkilir biar hamba bantu Dewi.”

“Maaf Siu Cie, nama saya Dita bukan Dewi!”

“Hamba percaya, engkau adalah Dewi Laut yang menghukum suami hamba, dan Dewi berjanji untuk mengembalikannya hari ini.”

Dita semakin kebingungan menghadapi hal ini, pikirannya tidak tentu ketika wanita itu tersenyum kepadanya namun senyum itu getir.Ketakutanya bertambah ketika tangan dingin wanita itu menyentuh kulitnya untuk memijit kakinya yang terkilir.

“Sebenarnya apa yang terjadi Siu Cie? Saya betulbetul tidak tahu! Dan mengapa Siu Cie memanggil saya “Dewi” padahal saya bukan Dewi,” bantah Dita tegas.

Kemudian wanita muda itu menceritakan cerita yang sungguh membuat Dita seakan berhenti bernafas.Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

“Dewi, mana suami hamba?” renggek wanita itu lagi, “Lihatlah anak ini Dewi, haruskah anak ini tumbuh tanpa melihat ayahnya?Apakah Dewi tidak merasa kasihan pada kami?”

Dita bertambah bingung dan ketakutan, kakinya semakin sakit pijitan wanita itu kuat sekali bahkan saking kuatnya kakinya seperti mau patah.Dita menjerit dan meronta namun wanita itu justru memperkuat pijatannya.Bukan kasihan yang ada di wajah wanita itu, hanya senyum getir dengan mata penuh permohonan.

“Kembalikan suami hamba, Dewi!Apa salah hamba sehingga hamba Dewi hukum seperti ini?” suaranya berubah menjadi keras dan tegas.“Kembalikan suami hamba!”

Dita meronta minta dilepaskan kakinya tetapi wanita itu tetap memijit dan semakin lama tanganitu membatu dan tidak bisa dilepaskan dari kaki Dita.Dita berteriak ketakutan sambil merontaronta.

“Lepaskan kaki saya, saya bukan Dewi!” teriak Dita mengangetkan seluruh teman yang mengerubunginya. Wajah mereka penuh tanda tanya di mata Dita yang mulai terbuka.



Ma On Shan, 03062013

Catatan:
1.      Legenda Amah Rock saya ambil dari buku Tour and Guide  Lion Rock Country Park English Version.
2.      Siu Cie adalah panggilan kepada wanita muda dalam bahasa Kantonis.


NB: pernah terbit di koran lokal berbahasa Indonesia di Hong Kong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar