Selasa, 27 Maret 2012

ESAI: INSOMNIA OH INSOMNIA


Insomnia, kata ini memang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Dan setiap orang bisa mengalaminya. Apa sih yang dimaksud dengan insomnia itu sebenarnya?

Akan tetapi saya minta maaf, di awal ini saya ingin bercerita dahulu tentang penyalahgunaan kata insomnia. Beberapa bulan yang lalu saya tertawa sampai terpingkal-pingkal, karena ada salah satu teman maya saya (baca: facebook), membuat status tentang insomnia padahal itu masih sekitar waktu maghrib. Saya masuk dan bertanya di statusnya, ‘ini masih sore lo, kok sudah ngomong insomnia?’, lalu dia balik bertanya ‘insomnia itu apa sebenarnya?’. Parah sekali kan? Ada orang yang menggunakan bahasa asing tapi dia tidak tahu apa artinya. Kemudian saya jelaskan padanya kalau insomnia itu penyakit tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia sendiri ikut tertawa  dalam balasan komen di statusnya dan menjelaskan dia tidak tahu apa sebenarnya itu insomnia. Dari sini saya bisa memetik hikmah dan berjanji tidak akan menggunakan bahasa asing atau bahasa yang masih asing dalam setiap kata yang saya tulis. Takut ditanya tapi tidak tahu jawabnya.

Insomnia menurut bidang kesehatan adalah penyakit tidak bisa tidur atau mungkin penderita bisa tidur tapi tidurnya tidak bisa nyenyak. Saya yakin di antara sekian banyak manusia menganggap penyakit insomnia adalah penyakit yang remeh. Namun insomnia bukan semudah dan seremeh yang kita bayangkan. Insomnia sangat menyiksa, dan ini dapat mengganggu aktivitas kita. Bayangkan apa yang akan terjadi jika kita  ingin tidur tapi tidak bisa tidur atau bisa tidur tapi tidak bisa nyenyak –selalu terbayangi hal-hal yang tidak kita inginkan—menyiksa bukan. Saya yang ingin tahu dan selalu ingin tahu apa yang sebenarnya dimaksudkan dalam puisi, saya mencoba mengobrak-abrik untuk menemukan pesan yang terkandung di dalamnya. Walau mungkin saya bisa dikatakan masih “serba terbatas”, namun semangat yang meledak dan tertantang inilah yang membuat saya berani.

Kemungkinan karena mewabahnya penyakit ini, Eska Wahyuni prihatin dan mengambilnya sebagai bahan bahasan ide puisinya. Dia ingin mengungkapkan apa itu insomnia dan apa penyebabnya. Atau mungkin Eska punya maksud tertentu tentang insomnia dalam puisinya ini.



INSOMNIA
Oleh: Eska Wahyuni


tentu saja. ingatan itu kekal di matamu.
sesuatu kau bekukan di belakang lalu lalang orang orang.
kereta, lingkar jalan layang dan semua yang terserak dari
pecahan jam, tanggal, dan bulan yang berpilinan. yang bertabrakan.

wajah wajah. nama nama. suara suara. mereka yang berdesak
desak di sebuah laci, menjerit minta di temani. tetapi burung
burung itu telanjur sunyi. semua legenda tentang kota kota, tiang tiang baja,
gedung gedung kaca, dan boneka boneka di dalamnya (yang memaksakan
gelak tawa pada sisa umur baterainya), angin yang berhenti terbang
juga debu dalam lingkaran lingkaran yang diam, telah usai
di bacakan. hanya dalam satu halaman: mereka yang datang-mereka
yang pergi-mereka yang tak pernah dikenali lagi. prasasti didirikan.
tetapi kebisingan, seperti juga tatapan yang asing, menyangkarkan
kenangan lalu mengereknya pada tiang yang jauh. dan kereta
yang tak punya perhentian mengirimkan burung burung
(juga suara laut dan wangi rumput) ke alamat yang tak diketahui.

tiba tiba langit sudah tak berkotak kotak lagi. tak di warnai. tak punya tepi

tentu saja. ingatan itu kekal di matamu: sesuatu yang bisa meneteskan waktu
dari kumparannya, bahkan air mata, pada semua yang berwarna
abu abu.

jogja, jan 2011







Sebelum memasuki badan puisi dalam hati saya bertanya, seperti apakah insomnia yang dimaksud Eska itu sebenarnya, apa insomnia di sini sama dengan insomnia di bidang kesehatan?


tentu saja. ingatan itu kekal di matamu.
sesuatu kau bekukan di belakang lalu lalang orang orang.
kereta, lingkar jalan layang dan semua yang terserak dari
pecahan jam, tanggal, dan bulan yang berpilinan. yang bertabrakan.


Suatu kepastian dari tanda-tanda seorang yang mempunyai penyakit tidak bisa tidur (dalam bidang kesehatan) adalah selalu memikirkan sesuatu dalam kehidupannya. Sesuatu itu bisa berupa persoalan atau masalah yang sangat special sehingga si penderita  mau tidak mau akan terus mengenangnya. Mungkin persoalan ini bersifat sangat pribadi dan si pebderita akan terus merahasiakannya tanpa mau berbagi dengan orang lain. Persoalan itu juga dapat berupa kekayaan dan kemewahan yang mereka miliki. Atau bisa juga masalah itu tentang  kerumitan sosial ekonomi. Apabila semua permasalahan itu terlalu lama ditutupi  dan tidak segera mendapatkan pemecahan, seseorang itu akan terus menerus gelisah dan berpikir bagaimana ya baiknya.

“… dan semua yang terserak dari
pecahan jam, tanggal, dan bulan yang berpilinan. yang bertabrakan.”

Dalam penggalan ini saya mengartikan bahwa semua masalah yang menyebabkan insomnia itu adalah masalah yang terjadi setiap saat dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin terjadi di masa lampau dan masih berlangsung hingga saat ini. Kemudian akan muncul permasalahan-permasalahan baru yang serupa seiring berputarnya waktu, Dan semakin lama persoalan itu semakin banyak dan mungkin tidaka akan habis untuk dicarikan jalan keluar. Semua persoalan itu berseliweran di dalam otak secara terus menerus.

wajah wajah. nama nama. suara suara. mereka yang berdesak
desak di sebuah laci, menjerit minta di temani. tetapi burung
burung itu telanjur sunyi. semua legenda tentang kota kota, tiang tiang baja,
gedung gedung kaca, dan boneka boneka di dalamnya (yang memaksakan
gelak tawa pada sisa umur baterainya), angin yang berhenti terbang
juga debu dalam lingkaran lingkaran yang diam, telah usai
di bacakan. hanya dalam satu halaman: mereka yang datang-mereka
yang pergi-mereka yang tak pernah dikenali lagi. prasasti didirikan.
tetapi kebisingan, seperti juga tatapan yang asing, menyangkarkan
kenangan lalu mengereknya pada tiang yang jauh. dan kereta
yang tak punya perhentian mengirimkan burung burung
(juga suara laut dan wangi rumput) ke alamat yang tak diketahui.

Sepertinya dalam bait ini Eska ingin menunjukkan kepada kita sesuatu yang baru, bentuk ulang (wajah wajah. nama nama. suara suara) tapi tanpa tanda penghubung. Ini membuat saya bingung sejenak bagaimana caranya, dan menurut pendapat saya ini memang kata ulang tapi mempunyai maksud yang lain. Kalau dilihat mungkin si penulis ingin mengungkapakan bahwa semua hal yang ada di dunia pasti punya wujud, rupa, nama, arti dan fungsinya masing-masing. Semua persoalan atau hal itu pasti selalu ada di sekitar kita dan secara tidak langsung kita pun berhubungan dan masuk dalam pikiran kita.
… mereka yang berdesak
desak di sebuah laci, menjerit minta di temani. tetapi burung
burung itu telanjur sunyi. …
Saya merasakan bahwa penyair ingin menyampaikan bahwa persoalan atau hal itu mempunyai tempat tersendiri sesuai dengan bidangnya masing masing. Namun semua itu selalu berdampingan dan tidak bisa dilepaskan satu-satu atau dipreteli (bahasa Jawa) serta ada dalam satu wadah pemikiran seseorang. Satu persoalan juga dapat menumbuhkan atau mengundang persoalan-persoalan yang lain sehingga semua persoalan itu sudah seperti berkaitan. Si empunya persoalan ingin segara menyelesaikan semua persoalan itu namun ada yang terjadi di luar dugaannya, persoalan itu tidak akan mendapatkan tempat dan/atau persoalan yang serupa sudah ada yang memecahkan sebelumnya. Sehingga persoalan yang dimaksudkan sudak tidak ditanggapi oleh orang lain. Bahkan bila ada yang membukanya kembali, terpaksa mereka akan menutup mulutnya dan mereka tidak akan pernah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.


  semua legenda tentang kota kota, tiang tiang baja,
gedung gedung kaca, dan boneka boneka di dalamnya (yang memaksakan
gelak tawa pada sisa umur baterainya), …
Semua peristiwa yang terjadi di sebuah tempat, dapat berupa bencana, pembangunan, pembaharuan dan perubahan, serta penduduk yang berada di wilayah tersebut, akan menjadi bahan pemikiran juga. Karena mereka ( tempat dan penghuninya) adalah bagian dari kehidupan dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mereka juga memerlukan perhatian, terlebih lagi kepada manusianya (maaf) di sini mungkin si penulis menyamakan manusia itu sebagai boneka, karena mereka tidak mempunyai kekuasaan sehingga dengan mudahnya diperintah oleh yang berkuasa dan sebenarnya ingin memberontak namun tidak mempunyai kekuatan, mereka takut, jadi manusia-manusia itu hanya mirip boneka, meski punya nurani tapi tidak melawan dan hanya akan membiarkanya.

Manusia sebenarnya menderita dan hanya akan berusaha untuk kelihatan seperti bahagia bila dipandang. Mungkin dalam pemikirannya “apa gunanya kita bersedih, ini sudah nasib kita untuk menerima semua perlakuan seperti ini, dan masa kita mungkin tidak akan lama lagi”. Dan ini juga menjadi beban atau permasalahan yang sangat serius. Dan mungkin bisa dikatakan akan mematikan semua sarana dan sumber daya manusia.







… angin yang berhenti terbang
juga debu dalam lingkaran lingkaran yang diam, telah usai
di bacakan. hanya dalam satu halaman: mereka yang datang-mereka
yang pergi-mereka yang tak pernah dikenali lagi. …
Dalam penggalan ini saya menemukan bahwa kabar atau peristiwa, dapat berupa bencana sudah terjadi bahkan tertalu sering sehingga manusia tidak mampu lagi untuk mengungkapkan bagaimana keadaan yang mereka alami. Hanya dalam sekejap dan dalam satu persoalan saja akan mengakibatkan atau mencetuskan banyak peristiwa-peristiwa lain terjadi dan semua itu datang silih berganti bahkan karena terlalu banyaknya peristiwa itu ada masalah yang terlupakan atau tersingkirkan begitu saja sehingga tak pernah ada yang menemukan jawabnya meskipun persoalan itu sebenarnya sangat serius dan perlu dipertimbangkan secara matang, serta perlu penyelesaian sesegera mungkin.


… prasasti didirikan.
tetapi kebisingan, seperti juga tatapan yang asing, menyangkarkan
kenangan lalu mengereknya pada tiang yang jauh. dan kereta
yang tak punya perhentian mengirimkan burung burung
(juga suara laut dan wangi rumput) ke alamat yang tak diketahui.
Meskipun peringatan tentang semua peristiwa itu telah diberikan dan tak pernah bosan disebarkan, namun tanda itu hanya akan seperti angin yang berlalu saja, tenggelam dalam keramaian yang semakin menjadi atau peristiwa-peristiwa kecil yang membesar. Atau bahlkan ada kejadian lain yang masih belum kita kenali sebelumnya menggesernya dan menjadikan peristiwa penting yang terjadi itu segera dilupakan.

Mungkin penulis ingin  menyampaikan bahwa hakikat sebagai manusia yang sebenarnya telah dilupakan dengan hal atau pemikiran baru yang kemungkin berasal dari seiring perkembangan zaman ini. Kita ada yang termakan globalisasi, sehingga kita lupa siapa jati diri kita. Kita akan terus berjalan seiring waktu namun kita tidak mengetahui seberapa jauh kita berjalan dan sampai kapan, bahkan kita akan dihantarkan kepada dunia yang baru yang kita tidak ketahui sebelumnya bahkan kita tidak mengenalinya. Dan peristiwa ini akan menjadikan kita untuk berpikir lebih lagi tentang apa dan bagaimana sehingga kita tidak bisa tidur.


tiba tiba langit sudah tak berkotak kotak lagi. tak di warnai. tak punya tepi
Dan dalam menghadapi situasi seperti ini si penulis ingin menyampaikan bahwa kita sepertinya melupakan sesuatu. Kalaulah langit di sini dimaknai sebagai Yang Maha Tinggi, maka kita seperti akan melupakan hakikat sebagai hamba Tuhan yang seharusnya beriman dan bertakwa kepada-Nya. Kita telah lupa segalanya, bahkan kita menjauh dari-Nya dan kita tidak lagi beribadah, hanya mengejar dunia dan dunia.
tentu saja. ingatan itu kekal di matamu: sesuatu yang bisa meneteskan waktu
dari kumparannya, bahkan air mata, pada semua yang berwarna
abu abu.
Dan sebagai bait penutup Eska juga menyebutkan suatu kepastian yang selalu ada dalam pemikiran seorang penderita insomnia adalah semua yang keluar dari hal yang telah ditentukan atau menyimpang jalannya. Semua penderitaan yang terjadi di dunia ini akan selalu saja ada dan terus mengganggu jalan pemikiran dan selalu membuat kita tidak bisa tidur. Namun penderitaan ini disamarkan sehingga orang lain tidak akan mengetahuinya. Atau mungkin juga dia tidak mau membaginya dengan orang lain, hanya memikirkannya sendiri.


Dari semua uraian yang saya buat di atas, saya menyimpulkan bahwa siapa sebenarnya yang terserang insomnia itu. Negeri kita beserta para pemikirnya yang tanggap akan hal dan penyebabnya adalah orang yang terserang insomnia dan mereka akan terus berpikir bagaimana caranya menyelesaikan masalah seperti yang Eska ungkapkan dalam puisinya ini. Sepertinya penyair pun punya andil untuk terserang insomnia. Karena penyair adalah seorang yang ingin melukiskan apa yang terjadi dan dia tidak akan pernah berhenti untuk memikirkan peristiwa yang tersebut dalam puisi ini. Meurut pembacaan saya isi puisi ini adalah sebab mengapa orang bisa menderita insomnia, apa yang sebenarnya ada dalam pemikirannya.

Dalam puisi ini saya juga seperti diajak Eska menjelajahi semua peristiwa dan bagaimana jalannya peristiwa itu, Eska juga seperti membuat saya menjadi seperti penderita insomnia, saya akan memikirkan apa yang sebenarnya ingin diungkapkan dan dijelaskan olehnya dan tidak bisa tidur dengan nyenyak.


LukA
MOS 16012012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar